KALTENGLIMA.COM - Talitha Curtis dengan terbuka mengungkapkan tekanan mental yang ia rasakan akibat komentar negatif dari warganet, meskipun ia sedang berada dalam fase hidup yang lebih bahagia dan stabil.
Ia mengaku merasakan dilema besar—di satu sisi ingin menikmati hidup dan berbagi kebahagiaannya, namun di sisi lain tetap dihantam hujatan dari publik yang seolah tak pernah puas.
Pernyataan Talitha mencerminkan kondisi mental yang rapuh akibat ekspektasi sosial dan kejamnya komentar di media sosial.
Baca Juga: Maia Estianty Masih Bersikeras Tidak Mau Datang ke Acara Pernikahan Al Ghazali dan Alyssa Daguise?
Ia bahkan mengaku mengalami panic attack dan kebingungan dalam bersikap, karena takut apa pun yang ia lakukan akan tetap salah di mata sebagian orang.
Kebingungan itu semakin diperparah oleh trauma masa lalu dan luka emosional yang terus diperparah oleh cibiran-cibiran online.
Namun di balik semua itu, Talitha menunjukkan kedewasaan emosional. Ia memilih untuk tidak membalas kebencian dengan amarah, melainkan dengan doa dan pengertian.
Baca Juga: Lama Vakum, Syahrini Merasa Terharu dan Bangga Menerima Penghargaan dari UNESCO di Cannes
Baginya, bisa jadi mereka yang melontarkan komentar menyakitkan pun sedang melalui masa-masa sulit dalam hidupnya.
Sikap Talitha adalah contoh refleksi pribadi yang kuat—bagaimana seseorang yang tersakiti tetap memilih untuk menanggapi dunia dengan empati, bukan dendam.
Ini menjadi pengingat penting bahwa selebritas sekalipun adalah manusia yang bisa terluka, dan bahwa komentar negatif yang terlihat sepele bisa meninggalkan luka mendalam.
Baca Juga: Rumah Dieksekusi, Atalarik Syach Disebut Kena Karma Mantan Istri
Pernyataan Talitha juga menyoroti pentingnya literasi empati di era digital—bahwa menjadi pengguna media sosial bukan hanya soal kebebasan berekspresi, tetapi juga tanggung jawab terhadap dampak emosional yang bisa ditimbulkan dari kata-kata.