opini

WACANA KOALISI SEMUT MERAH

Senin, 20 Juni 2022 | 05:59 WIB
Gili Argenti, Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) (Kaltenglima.com)

Desain Pemilu Nasional Serentak 2024 dengan lima kotak suara, menjadikan format koalisi partai politik harus dibentuk jauh-jauh hari sebelum hari H pemilihan. Terlebih perolehan suara hasil Pemilu 2019, menempatkan PDI-P sebagai satu-satunya partai politik bisa mengusung pasangan capres-cawapresnya sendiri. Artinya partai lain diluar PDI-P harus menjalin koalisi agar mendapatkan tiket mengajukan capres-cawapresnya.

Perkembangan terakhir sudah terbentuk satu poros koalisi bernama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) melibatkan tiga partai politik, yaitu PAN, PPP, dan Partai Golkar. Ketiga partai itu kebetulan masuk koalisi kabinet pemerintah Jokowi-Amin. Poros koalisi KIB sudah mengamankan tiket mengusung capres-cawapres, karena gabungan suara ketiganya sudah melampaui angka 20% presidential threshold (PT).

Golkar memiliki kursi 12,31 persen jumlah kursi, PAN 6.84 persen jumlah kursi dan PPP dengan 4,53 persen jumlah kursi. Total kursi yang dimiliki KIB sebesar 23,67 persen. Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) tinggal melakukan komunikasi lebih intens diantara mereka dalam menentukan figur akan diusung di Pemilu serentak 2024 nanti.

Kehadiran KIB dalam panggung politik nasional mematik kekuatan politik lain membentuk koalisi serupa, belakangan santer terdengar wacana pembentukan poros koalisi semut merah, melibatkan PKS dan PKB. Keduanya merupakan partai politik yang memiliki basis massa dari umat Islam, meski secara ideologis memiliki perbedaan karakteristik konstituen partai. PKB merepresentasikan pemilih Islam tradisional, sedangkan PKS merepresentasikan kelompok Islam modernis perkotaan. Tetapi dalam politik kita mengenal bahwa kepentingan politik bisa melebur sekat-sekat perbedaan.

Koalisi semut merah bila teralisasi akan menjadi kekuatan politik diperhitungkan, sebab mempersatukan dua varian Islam politik (tradisional dan modernis), meskipun representasi kelompok Islam modernis ini tidak hanya ada di PKS, terdapat PAN dan PBB merepresentasikan kelompok Islam yang sama. Tetapi berdasarkan hasil Pemilu 2019 PKS menjadi representasi kelompok Islam modernis terbesar saat ini, sedangkan PKB merupakan partai Islam yang memiliki suara tertinggi diantara partai-partai Islam lain bila dilihat dari dua pemilu terakhir era reformasi.

Dengan kombinasi tradisional dan modernis koalisi semut merah berpeluang meraih dukungan besar umat Islam di Pemilu 2024 nanti.

Berikutnya PKS dan PKB memiliki basis massa stabil, loyal, dan militan. Sehingga bila koalisi terealisasi basis pendukung kedua partai bisa diandalkan menjadi mesin politik tangguh dalam menjaring dukungan dari masyarakat luas.

Dengan branding sebagai representasi Islam politik, koalisi semut merah memiliki posisi tawar strategis, sehingga berpeluang menarik partai-partai lain sebagai mitra koalisi, terutama dari kelompok nasionalis sebagai kekuatan politik terbesar di republik ini. Dengan masuknya partai nasionalis dalam koalisi akan memperkuat kombinasi lebih ideal menjadi koalisi nasionalis-Islam yang mewakili dua arus utama politik di Indonesia.

Tentu saja disamping peluang koalisi semut merah bisa menjadi poros politik diperhitungkan, terdapat juga tantangan tidak kecil bagi kedua partai merajut chemistry terutama di level akar rumput. Terdapat beberapa tantangan bersifat ideologis mempersatukan PKS dan PKB dalam soliditas kuat dan solid.

Pertama, meski pernah berkerjasama dalam koalisi pemerintahan SBY selama dua periode, sejak Pemilu 2014 dan Pemilu 2019, kedua partai ini berhadap-hadapan dalam koalisi berbeda, tentu situasi politik era SBY tidak sama, di dua pemilu terakhir pembelahan politik sangat kentara di tengah-tengah masyarakat, bahkan pembelahan itu masih terasa sampai sekarang, meski sebenarnya kita melihat di tingkat elit sudah terjadi rekonsiliasi politik. Jadi perlu usaha keras dari elit kedua partai mengkomunikasikan pilihan koalisi ini ke basis akar rumput, meski untuk PKS relatif lebih mudah, sebab partai ini identik dengan partai kader, sehingga kader memiliki ketaatan dan kedisipinan tinggi kepada pimpinan.

Kedua, koalisi semut merah belum bisa melampaui presidential threshold, jadi PKS dan PKB harus menyakinkan partai-partai lain untuk masuk ke dalam poros koalisinya, terutama menarik partai nasionalis, untuk menghindari stigma poros tengah jilid dua yang terkesan eksklusif, PKS dan PKB harus bisa memperbesar mitra koalisi sehingga mampu memperluas ceruk pemilih, tidak saja mengandalkan basis pemilih dari umat Islam, berdasarkan hasil pemilu ke pemilu suara partai-partai Islam konsisten di angka kisaran 30%.

Ketiga, belum terdapat kesepakatan capres-cawapres diusung menjadi problem tersendiri, sebab koalisi politik Pemilu 2024 sejatinya koalisi dalam menentukan figur capres-cawapres, perlu komunikasi lebih intens antara kedunya.

Tantangan membentuk poros baru menjadi pekerjaan rumah bagi PKS dan PKB, tentu paling krusial menambah mitra koalisi untuk melampaui presidential threshold, supaya bisa mengusung pasangan capres-cawapres sendiri, kehadiran koalisi semut merah ini tentunya harus disambut positif, agar kontestasi Pemilu 2024 semakin semarak dan dinamis, serta menghindari pengulangan dua pemilu sebelumnya yang menyisakan dua pasangan capres-cawapres, kita sudah jenuh dengan pembelahan politik ditengah-tengah masyarakat, selain itu dengan lebih dari dua pasangan capres-cawapres masyarakat kita diberikan alternatif pilihan dalam memilih pemimpinnya.


Penulis : Gili Argenti.

Halaman:

Tags

Terkini

Japan Open 2023 : Jonatan Christie Runner-up

Minggu, 30 Juli 2023 | 23:09 WIB

Pengaruh Penjadwalan Jangka Pendek Pada UMKM

Senin, 26 Desember 2022 | 08:48 WIB

WACANA KOALISI SEMUT MERAH

Senin, 20 Juni 2022 | 05:59 WIB

Pemilu Dan Integrasi Politik

Jumat, 17 Juni 2022 | 13:09 WIB

Perseteruan Dengan Alam Semesta

Kamis, 24 Maret 2022 | 08:01 WIB