KALTENGLIMA.COM - Pada pekan ini, pengadilan memutuskan bahwa Google bersalah karena memonopoli internet melalui mesin pencari yang dijadikan default pada berbagai browser dan perangkat ponsel di seluruh dunia.
Kasus ini mengingatkan pada situasi serupa yang menimpa Microsoft pada tahun 1999, di mana perusahaan tersebut dinyatakan bersalah karena menggunakan kekuatan pasar sistem operasi Windows untuk memonopoli browser dan mengalahkan saingannya, Netscape Navigator.
Penyelesaian perkara Microsoft pada tahun 2001 mengharuskan mereka menghentikan praktik yang merugikan pesaingnya dalam kesepakatan distribusi PC.
Baca Juga: UNIQLO Kolaborasi dengan KAWS dan Andy Warhol, Makin Keren
Kasus Google yang diajukan oleh pemerintah pada tahun 2020 menuduh perusahaan tersebut membangun "tembok" besar yang menghalangi persaingan di industri pencarian internet, dengan tujuan mempertahankan dominasi mereka sebagai pemain utama di pasar tersebut.
Hakim Amit Mehta, dalam putusan setebal 300 halaman, menyatakan bahwa kesamaan utama antara kasus Google dan Microsoft adalah penggunaan "kekuatan layanan default" untuk mempertahankan posisi mereka di pasar.
Google telah mengeluarkan miliaran dolar setiap tahun untuk memastikan mesin pencarinya tetap menjadi default pada perangkat seperti iPhone milik Apple dan Samsung.
Baca Juga: Vivo V40 Series Resmi Meluncur di Eropa: Spesifikasi Gahar dan Desain Elegan
Meskipun pengguna dapat mengakses mesin pencari pesaing melalui opsi non-default, jarang ada yang melakukannya, menurut Hakim Mehta.
Beberapa ahli hukum percaya bahwa Google mungkin diminta untuk membatalkan kesepakatan eksklusifnya dan mempermudah akses ke mesin pencari lain bagi pengguna.
Selain penalti finansial, perubahan dalam model bisnis Google bisa menjadi risiko yang lebih besar, karena kehilangan status sebagai layanan default dapat berdampak signifikan pada pendapatan mereka.
Baca Juga: Samsung Bocorkan Kehadiran Galaxy S24 FE
Google kemungkinan akan mencoba menggunakan peran kecerdasan buatan (AI) dalam pasar pencarian untuk membela diri dalam bandingnya.
Mantan kepala teknolog FTC, Neli Chilson, menyatakan bahwa persaingan dari AI dan penyedia pencarian vertikal lainnya, seperti Amazon dan ChatGPT, dapat mengubah dinamika pasar dan mengancam model bisnis Google yang didasarkan pada iklan penelusuran umum.