Kaltenglima.com – Malam itu, 22 November 2025, Indraprasta Grand Ballroom Sahid Raya Hotel & Convention Yogyakarta berubah menjadi lautan ungu. Ribuan Cliquers dari berbagai penjuru Indonesia—bahkan hingga Malaysia—berkumpul untuk merayakan rindu yang tertunda dalam Sahid Raya Exclusive Concert “Waktu yang Dinanti” bersama band Ungu.
Baca Juga: Mengenang Ecky Lamoh: Suara Serak dan Karisma Rock yang Tak Terlupakan
Sejak pintu dibuka, antusiasme penonton langsung terasa. Deretan penggemar dari Kalimantan, Gorontalo, Pasuruan, hingga mancanegara tampak tak sabar menunggu idolanya naik ke panggung. Bagi banyak dari mereka, konser ini bukan sekadar hiburan, melainkan kesempatan untuk kembali pada momen-momen emas yang menemani hampir tiga dekade perjalanan musik Ungu.
Band yang beranggotakan Pasha, Enda, Onci, Makki, dan Rowman membuka konser dengan lagu “Hampa Hatiku.” Begitu intro dimainkan, ballroom pecah oleh teriakan histeris, seolah seluruh kenangan kolektif para penggemar kembali dalam satu hentakan.
Baca Juga: Ecky Lamoh Ikon Rock Indonesia Era 80–90an, Wafat
Hampir tiga jam penuh, Ungu membawakan 15 lagu hits mereka. “Percaya Padaku,” “Saat Bahagia,” “Kekasih Gelap,” “Tercipta Untukku,” “Cinta Dalam Hati,” hingga “Demi Waktu” mengalun bergantian, menciptakan perjalanan nostalgia yang hangat dan emosional. Banyak penonton tampak larut—ada yang bernyanyi dengan mata berkaca-kaca, ada yang merangkul teman di sampingnya sambil melafalkan tiap bait lagu.
Dikutip dari berbagai sumber, salah satu momen paling menyentuh terjadi ketika Pasha turun dari panggung untuk menyapa dan berfoto bersama para penggemar dari jarak sangat dekat. Riuh sorak langsung menyelimuti ruangan. Tak berhenti di situ, beberapa penonton beruntung diajak naik ke panggung untuk bernyanyi bersama, menciptakan kenangan yang tak akan mereka lupakan.
Kejutan lain turut mewarnai malam itu. Para personel Ungu memberikan pakaian batik yang mereka kenakan kepada sejumlah Cliquers. Teriakan bahagia dan rasa haru bercampur menjadi satu, menegaskan kedekatan emosional yang terjalin antara band dan penggemarnya.
Menjelang akhir konser, Ungu menutup malam dengan “Seperti Mati Lampu.” Begitu lagu dibawakan, seluruh ballroom bergema oleh paduan suara ribuan penonton. Atmosfer yang pecah, hangat, dan penuh cinta itu menjadi puncak sempurna dari malam yang telah ditunggu-tunggu.
Konser ditutup sekitar pukul 23.00 WIB, namun sorot bahagia para penggemar tampaknya akan tersimpan jauh lebih lama. Malam itu, Yogyakarta tidak hanya menjadi saksi penampilan Ungu, tetapi juga ruang bagi ribuan Cliquers untuk merayakan kembali cinta mereka kepada musik yang tumbuh bersama bertahun-tahun lamanya. (**)