KALTENGLIMA.COM - Badan Intelijen Amerika Serikat dan Inggris, CIA dan MI6, bekerja sama dalam menggunakan teknologi AI untuk melakukan analisis data.
Informasi itu berasal dari sebuah artikel yang dipublikasikan di Financial Times dan ditulis oleh Direktur CIA Bill Burns dan Chief UK Secret Intelligence Service (SIS) Richard Moore. Dalam artikel tersebut, keduanya membahas kerja sama spesial antara dua badan intelijen itu.
Mereka menekankan kerja sama yang telah berlangsung selama 75 tahun antara CIA dan SIS, dan tetap berlangsung hingga sekarang, di saat teknologi menjadi motor dari banyak aspek di dunia.
Baca Juga: Mudah Kok! Ini Cara Membuat Playlist Video TikTok
Penggunaan kecerdasan buatan (AI) juga menjadi salah satu bahasan di artikel itu. Baik CIA maupun SIS ternyata juga mengembangkan model AI untuk membantu mereka dalam pekerjaannya, serta menjadi "tim merah" atau tim yang berfungsi untuk mengevaluasi dan mengkritik sebuah operasi intelijen. Penggunaan AI untuk "tim merah" ini bertujuan agar mereka tak harus mengungkap informasi penting ke pihak luar.
Baik CIA maupun SIS kini secara aktif sudah menggunakan AI dalam pekerjaan sehari-hari, termasuk algoritma generative AI, dalam berbagai pekerjaan. Misalnya merangkum data, memerikan masukan, dan mengidentifikasi informasi penting dari sebuah data laporan yang besar.
Dalam artikel itu juga dikatama kalau CIA dan SIS juga memanfaatkan teknologi cloud dan bekerja sama dengan perusahaan swasta, baik di Amerika maupun di Inggris, untuk meningkatkan kemampuannya.
Baca Juga: Alternatif Lebih Murah! 5 Sumber Protein Kaya Gizi Selain Susu Ikan
Fokus kedua badan intelijen itu pun kini mengarah ke China, yang dianggap sebagai penantang terbesar di sektor geopolitik dan intelijen saat ini. Keduanya telah mengatur ulang operasi mereka untuk melawan pengaruh China yang berkembang di banyak tempat. Walau sebenarnya, masalah kontra terorisme tetap merupakan alasan utama kedua negara ini tetap bekerja sama.