Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Provinsi Kalimantan Tengah Linae Victoria Aden, memaparkan pentingnya falsafah Huma Betang sebagai pilar ketahanan dan kemandirian keluarga.
“Huma Betang adalah simbol kebersamaan dan harmoni yang relevan untuk memperkuat ketahanan keluarga di masa kini,” jelas Linae.
Baca Juga: Ridwan Kamil Digugat Cerai Atalia Praratya di Pengadilan Agama Bandung
Linae menyampaikan bahwa tantangan keluarga modern semakin kompleks sehingga perlu penguatan yang menyeluruh.
“Ketahanan keluarga tidak hanya menyangkut ekonomi, tetapi juga kemampuan menghadapi krisis, menjaga komunikasi, dan membangun hubungan yang sehat,” ujar Linae.
Linae juga menyoroti pentingnya perlindungan kelompok rentan melalui berbagai layanan pemerintah.
Baca Juga: Tajeri Minta Pemkab Matangkan Program Pelebaran Jalan di Muara Teweh, Jangan Terhenti Direncana
“Perempuan dan anak adalah kelompok yang paling rentan. Melalui Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak, Pusat Pembelajaran Keluarga, serta Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak, kami berupaya memastikan mereka memperoleh perlindungan dan layanan yang layak,” terang Linae.
Linae menegaskan bahwa penguatan keluarga adalah investasi pembangunan jangka panjang.
“Keluarga yang kuat akan melahirkan generasi berkualitas. Karena itu, penguatan keluarga adalah investasi penting bagi masa depan Kalimantan Tengah,” tandas Linae.
Baca Juga: Komisi II DPRD Barito Utara Berharap Pembangunan IPA PDAM Terukur dan Berkeadilan
Seminar Natal Nasional 2025 ini diharapkan menjadi ruang perumusan strategi penguatan keluarga serta memperkokoh nilai Huma Betang sebagai identitas budaya dan moral masyarakat Kalimantan Tengah.
Tampak hadir FORKOPIMDA, Kakanwil Kemenag Kalimantan Tengah Muhammad Yusi Abdhian, Ditjen Bimas Kristen Kemenag RI Suwarsono, Kepala Staf Kepresidenan RI Muhammad Qodari, Pembimas Katolik Kalimantan Tengah Sandra Mariyus, Rektor STIPAS Tahasak Danum Pambelum Fransiskus Janu Hamu, serta tokoh agama, akademisi, dan unsur masyarakat.
***