Kalteng.com - Sales Area Manager PT. Pertamina wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (Kalselteng) Jalu Tarwoco mengakui terjadinya lonjakan permintaan terhadap produk Pertalite namun pihaknya tidak bisa serta merta terus melakukan penambahan kuota pasokan Pertalite.
Hal ini disebutkannya karena bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite sudah berstatus sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP). Diketahui ada tiga jenis BBM, pertama jenis BBM tertentu (JBT), kedua JBKP, dan ketika Jenis BBM Umum (JBU).
Penetapan harga jual eceran Jenis BBM Tertentu (JBT) atau BBM bersubsidi dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP), dilakukan setiap 3 bulan.
Baca Juga: PW GP Ansor Kalteng Tolak Deklarasi Ikatan Alumni GP Ansor
Tidak bisanya penambahan kuotan pasokan dengan serta karena dalam penetapan tersebut, Pemerintah mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain kemampuan keuangan negara atau situasi perekonomian, kemampuan daya beli masyarakat dan ekonomi riil serta daya beli masyarakat.
Jalu Tarwoco mengungkapkan, realisasi BBM jenis Solar pada tahun 2021 yaitu 37.509 kilo liter dan Pertalite sebesar 47.743 kilo per liter. Sedangkan untuk penyaluran BBM tahun 2022, kuota Solar sebanyak 37.530 kilo per liter dan realnya 16.186 atau sebesar 45 persen. Sementara untuk Pertalite 46.700 dan realnya 24.831 atau 53 persen.
“Nah, pada realisasi sampai dengan April lalu yaitu 12.069 kilo per liter untuk solar dan pertalite 18.877 kilo per liter,” sebut Jalu.
Permintaan penambahan kuota pertalite ini, disebutkan Asisten II Setda Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Alang Arianto saat mewakili Bupati Kotim Halikinnor pada kegiatan Sinertitas BPH Migas dan DPR RI, di Ball Room Hotel Aquarius Sampit, Jumat (17/6/2022).
Baca Juga: Siti Fauziah Sah Bekerja Jalankan PWI Kotim, Pelantikan Dihadiri Bupati Kotim
Alang mengungkapkan, pelaksanaan Program Langit Biru di Kotim telah berjalan dengan baik pada tahun 2021. Sehingga tidak ada lagi beredar BBM jenis premium.
“Tidak adanya premium ini menyebabkan kebutuhan Pertalite meningkat di Kotim saatini,” katanya di hadapan Anggota DPR RI Komisi VII Willy Midle Yosseph dan tim BPH Migas.
Alang juga menyebutkan, selain perubahan penggunaan BBM Premium ke Pertalite sebagai BBM bersubsidi. Kegiatan pelangsiran BBM oleh pengecer berpindah ke BBM jenis pertalite serta akibat tingginya margin antara Pertalite dan Pertamax.
“Kami berharap kuota Pertalite di Kotim dapat ditambah. Begitu pula dengan Solar terutama untuk angkutan bahan pokok. Selai itu kami mohon juga ditambah karena masih terdapat antrian di SPBU,” pungkas Alang. (***)