KALTENGLIMA.COM - Greta Thunberg menuduh Israel telah menculik dirinya bersama rekan-rekan aktivis pro-Palestina di perairan internasional.
Setelah dideportasi, ia menyampaikan bahwa dirinya menolak menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa ia masuk ke wilayah Israel secara ilegal.
Dalam keterangannya di Bandara Charles de Gaulle, Paris, Thunberg menegaskan bahwa mereka tidak melanggar hukum dan menyerukan pembebasan segera para aktivis yang masih ditahan di Israel.
Baca Juga: Kebakaran di Kramat Jati Hanguskan 3 Kios, 1 Rumah Mewah dan Mobil
Thunberg dan kelompoknya dideportasi setelah ditangkap oleh angkatan laut Israel saat mencoba menembus blokade laut Gaza menggunakan Kapal Madleen yang berangkat dari Sisilia pada 6 Juni.
Menurutnya, penangkapan itu terjadi di perairan internasional dan mereka dibawa secara paksa ke Israel. Sebanyak 12 orang di kapal itu ditahan, termasuk Thunberg sendiri.
Ia membantah bahwa aksinya hanyalah bagian dari upaya pencitraan, menyebut misi bantuan kemanusiaan sebelumnya telah dihentikan secara tragis karena kapal dibom.
Baca Juga: Insiden Penembakan di Sekolah Austria: 8 Korban Tewas
Menanggapi kritik dari mantan Presiden AS Donald Trump, yang menyebutnya sebagai sosok pemarah, Thunberg menyatakan bahwa dunia justru membutuhkan lebih banyak perempuan muda yang berani dan marah atas ketidakadilan yang terjadi.
Ia belum menentukan tujuan berikutnya setelah dideportasi, namun menyebut kemungkinan akan kembali ke Swedia dan membutuhkan waktu untuk istirahat. Sementara itu, delapan aktivis lainnya masih berada di Israel, termasuk Rima Hassan, anggota Parlemen Eropa asal Prancis.