KALTENGLIMA.COM - Kecerdasan buatan atau AI dinilai akan mengancam pekerjaan manusia, contohnya kasir dan pengemudi. Menurut seorang eksekutif keuangan senior Wall Street, hal tersebut berpotensi menyebabkan keresahan sosial yang meluas.
Armen Panossian, salah satu CEO Oaktree Capital Management menilai AI menimbulkan risiko terbesar sebab meskipun jelas memiliki potensi untuk keuntungan ekonomi sangat besar, juga akan ada dampak sosial.
"Jutaan orang bisa kehilangan pekerjaan. Jadi siapa yang akan melatih ulang orang-orang itu? Jika kita tidak menemukan solusinya, mungkin akan ada keresahan sosial," cetus Panossian.
Baca Juga: Bulan Ini Samasung Galaxy A55 5G Turun Jadi Segini
Menurutnya, orang-orang yang bergantung dengan pekerjaan gaji ke gaji akan mendapati diri tak terlatih dan tidak siap untuk ekonomi baru. Pernyataannya menggemakan prediksi mengerikan dalam berbagai studi yang mengukur dampak AI di pasar kerja masa depan.
Tahun lalu, Goldman Sachs memperingatkan munculnya AI generatif bisa memengaruhi 300 juta pekerjaan penuh waktu secara global. Laporan tahun 2017 oleh McKinsey memperkirakan hingga 800 juta pekerjaan di seluruh dunia bisa diotomatisasi tahun 2030, mengakibatkan sekitar 400 juta hingga 800 juta orang harus berganti pekerjaan atau memperoleh keterampilan baru.
"Risikonya ialah jika kita tidak melakukan apa pun untuk melatih ulang sebagian orang ini atau mempersiapkan diri menghadapi lanskap ketenagakerjaan pasca AI, kita akan menghadapi masalah kesenjangan yang semakin dalam antara mereka yang kaya dan miskin, orang kaya dan orang-orang yang hidup pas-pasan," kata Panossian.
Baca Juga: Penjabat Bupati Barito Utara Ikuti Arahan Presiden di IKN, bersama Sejumlah Kepala Daerah
Ia juga memperingatkan investor yang saat ini optimis terhadap saham AI jika aset itu mungkin dinilai terlalu tinggi dan pasar dapat dipenuhi spekulasi. Ia membandingkannya dengan gelembung dot-com pada akhir tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an.