Hanya 2 persen kelahiran di Korea Selatan terjadi di luar nikah ketimbang rata-rata negara-negara OECD yang mencapai rata-rata 41 persen.
Baca Juga: Bayern Munchen Sia-Siakan Kesempatan Untuk Kejar Leverkusen
Selain itu, wanita lajang Korea Selatan tidak bisa mendonorkan sperma dan penanaman embrio untuk punya keturunan.
Syarat mutlaknya adalah mereka harus menikah. Menurut Jung Jae-hoon, seorang profesor studi kesejahteraan sosial di Seoul Women’s University, hal ini harus diubah jika Korsel ingin meningkatkan jumlah kelahiran dan pernikahan.
Jae-hoon mengatakan, pernikahan di Korea Selatan turun ke rekor yang paling rendah pada 2021, hanya 192.500.
Baca Juga: Lazio Geram Saat Pemainnya Dapat Tiga Kartu Merah Kontra Milan
Jumlah itu turun sekitar 40 persen dari satu dekade sebelumnya.
“Setidaknya yang bisa dilakukan pemerintah adalah tidak menghalangi orang-orang di luar sana yang bersedia menanggung beban keuangan untuk memiliki bayi,” katanya.
Menurut survei Kementerian dan Keluarga Korsel pada 2020, yang lebih mengkhawatirkan adalah penurunan tajam statistik keinginan untuk memiliki anak.
Sekitar 52 persen orang Korea Selatan berusia 20-an berencana untuk tidak memiliki anak ketika mereka menikah. Ini meningkat 29 persen dari tahun 2015.