internasional

Imbas Konflik Israel-Hamas, Harga Gas dan Batu Bara Melambung Tinggi

Minggu, 15 Oktober 2023 | 19:50 WIB
Harga Gas dan Batu Bara meningkat akibat konflik Israel dan Hamas (Pixabay.com/stafichukanatoly)

KALTENGLIMA.COM - Harga komoditad batu bara terpantau melambung tinggi, ditopang dengan kenaikan harga gas alam dan konflik Israel dan Hamas.

Terlihat data yang bersumber dari Refinitiv dalam sepekan ini, harga batu bara Newcastle untuk kontrak bulan November 2023 naik sebesar 6,46% ke posisi US$ 150,75 per ton per akhir perdagangan bulan September 2023, yang sebelumnya pada akhir pekan lalu diharga US$ 141,6 per ton.

Kenaikan harga komoditas energi ini ditopang oleh sentimen Eropa yang mulai memasuki musim dingin, konflik antara Israel dan Hamas pemotongan jalur gas Israel ke Mesir, adanya ancaman pemogokan serikat para pekerja LNG Australia dan pecahnya pipa gas Balticonnector.

Baca Juga: Leg II Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia: Prediksi Line Up Timnas Indonesia vs Brunei Darussalam

Naiknya harga batu bara terjadi karena banyaknya permintaan gas untuk pemanasan akan meningkat dalam waktu dekat akibat Inggris akan mengalami penurunan suhu yang cukup drastis pada awal minggu depan.

Pendapat kenaikan harga komoditas energi masih ditunjang oleh resiko geopolitik konflik Israel-Hamas yang terus berlangsung hingga saat ini.

Akibat geopolitik yang menegang pergerakan harga gas  dalam beberapa hari terakhir menjadi lebih mendominasi, ujar hasil analisi Ole Hvalbye di SEB dalam sebuah catatan.

Baca Juga: Francesco Bagnaia Raih Juara Podium di MotoGP Mandalika 2023 Meski Start dari Posisi 13

Ditengah keberlangsunga  konflik yang mana Hamas menguasai jalur Gaza, Israel  memutuskan untuk memotong ekspor gas ke Mesir sebanyak 20% atau 18,4 juta meter kubik tiap harinya yang berkemungkinan berefek pada LNG Mesir, katanya.

Bukan hanya itu, dengan terjadinya konflik Israel dan Hamas bisa saja menjadi afeksi negatif terhadap ambisi Israel dan wilayah bagian Mediterania Timur untuk menjadi pusat ekspor gas alam ke Eropa.

Pada tahun 2020, ambisi itu didorong oleh  aksi rasaksa energi Amerika, Chevron. Mereka mengakusisi dua ladang gas besar di pantai besar lepas Israel ketika mereka membeli Noble Energy sebesar Rp. 60 Triliun. Sejak saat itu Noble Energy memimpin pengembangan gas Israel.

Baca Juga: Kenalan Lewat Aplikasi Kencan, Wanita Asal Cimahi Disekap dan Diperkosa di Apartemen Jakut

Ladang gas alam di pantai lepas Israel menyumbang sebanyak 70% pembangkitan listrik di negara itu, sehingga polusi berkurang karena tidak menggunakan baru bara. Di sisi lain, keberadan gas ini juga membantu Israel untuk tidak ketergantungan terhadap impor energi, dilansir dari Reuters.

Meskipun salah satu tempat produksi yang dioperasikan Chevron berada dekat dengan jalur Gaza, namun mereka sudah menyiapkan fasilitas yang memiliki keamanan tinggi jika sewaktu-waktu ada serangan yang terjadi dari jalur Gaza.

Tahun 2021 selama pertempuran, Israel sempat menginstruksikan tempat produksi Chevron yang bernama Tamar itu untuk menutupnya sementara.

Baca Juga: Kenalan Lewat Aplikasi Kencan, Wanita Asal Cimahi Disekap dan Diperkosa di Apartemen Jakut

Dalam pernyataan akhir pekan ini, Chevron mengatakan pihak mereka "fokus pada pasokan gas alam yang aman dan andal untuk kepentingan pasar domestik Israel dan pelanggan regional kami." Dan perusahaan tersebut sempat mempertanyakan tentang kelanjutan pengoperasian fasilitas tersebut kepasa Israel.

Di tahun lalu, peranh Rusia dan Ukraina menjadi masalah bagi Eropa karena pasokan energi yang terganggu dari Moskow. Karena hal itu, menjadi sentimen positif bagi si emas hitam yang harganya melambung tinggi hingga menyentuh rekor tertinggi yaitu di US$ 464/ton pada bulan September tahun lalu.

Pada sisi lain, pecahnya pipa gas Balticonnector diduga karena adanya sabotase yang akhirnya menimbulkan kekhawatiran atas keamanan infrastruktur  energi utama Eropa, ujar Hvalbye.

Baca Juga: Kualitas Udara Terburuk Per 15 Oktober 2023 : Kalimantan Tengah Berada di Posisi Atas

Akibat konflik tersebut, negara-negara Nordik dan Baltik memperketat keamanan pada instalasi energi. Sedangkan Badan Intelijen Keamanan Finlandia mengatakan bahwa pihaknya tidak dapat mengesampingkan keterlibatan campur tangan negara dalam hal itu.

Dengan adanya berbagai pandangan, hal itu mendorong kenaikan harga komoditas energi subsitusi batu bara yang digunakam Eropa, berupa gas. Berada di 15,05% ke 53 euro per MWh, harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) menjadi terbang tinggi.

Harga gas tembus level psikologis 50 euro per MWh, menyentuh level tertinggi setelah 8 bulan terakhir. Emas hitam sebagai energi alternatif gas pun ikut melambung tinggi. ***

Tags

Terkini