KALTENGLIMA.COM - Lebih dari 80 orang tewas, 20 lainnya terluka, dan ribuan penduduk terpaksa mengungsi akibat konflik antara kelompok di wilayah Catatumbo, Kolombia. Konflik ini melibatkan Tentara Pembebasan Nasional (ELN) dan kelompok sempalan dari FARC.
Gubernur Norte de Santander, William Villamizar, mengungkapkan pada Minggu (19/1) bahwa tragedi ini menyebabkan lebih dari 80 korban jiwa, 20 lainnya terluka, dan banyak warga harus dievakuasi lewat jalur udara.
Militer Kolombia melancarkan serangan udara di La Gabarra, Tibu, guna menyelamatkan seorang tokoh masyarakat dan keluarganya yang menjadi target ELN.
Baca Juga: Simak di Sini! Waktu dan Agenda Pelantikan Donald Trump
Pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan telah tiba di Cucuta, kota yang terletak di perbatasan Kolombia dan Venezuela. Otoritas setempat mendirikan tempat penampungan darurat untuk para pengungsi di tengah memburuknya situasi keamanan.
Beberapa pengungsi bahkan melintasi hutan untuk mencapai Venezuela demi menyelamatkan diri. Untuk memastikan keselamatan siswa, sekolah-sekolah di Catatumbo ditutup sementara.
Gubernur Villamizar meminta pihak-pihak yang bertikai agar menyediakan "jalur kemanusiaan" untuk memungkinkan warga meninggalkan zona konflik.
Baca Juga: Heboh! Donald Trump Ingin Jadikan Ripto-Priorias Nasional
Catatumbo, yang menjadi lokasi konflik, merupakan wilayah yang sejak lama dikuasai kelompok bersenjata yang bersaing memperebutkan lahan, ladang koka, dan jalur perdagangan narkoba.
Negosiasi dengan ELN menjadi kebijakan prioritas Presiden Gustavo Petro untuk berdialog secara simultan dengan semua kelompok bersenjata.
Namun, pembicaraan itu buntu sejak Mei dan gencatan senjata sebelumnya berakhir pada 3 Agustus.
Baca Juga: Microsoft Uji Fitur Pencarian lewat AI di Windows
Sejak itu, ELN terlibat dalam banyak serangan, termasuk ke pangkalan militer di Puerto Jordan, Arauca, pada 17 September yang menewaskan dua tentara dan melukai 26 lainnya.