KALTENGLIMA.COM - Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menilai bahwa ketidakpastian terkait negosiasi tarif antara Amerika Serikat dan China masih menjadi sumber kekhawatiran bagi pelaku pasar keuangan.
Ia menyebutkan bahwa bantahan terkait klaim Presiden Trump mengenai dimulainya pembicaraan tarif bisa memberikan tekanan terhadap aset-aset berisiko, termasuk nilai tukar Rupiah.
Meski begitu, Ariston menambahkan bahwa indeks dolar AS mengalami tekanan, turun menjadi 99,18 dari posisi sebelumnya di 99,50, akibat sentimen ketidakpastian ini.
Baca Juga: Simak di Sini! Daftar Layanan yang Diterima Jemaah Haji RI Selama di Arab Saudi
Pelemahan dolar AS tersebut dinilai bisa membantu membatasi tekanan pelemahan lebih lanjut pada nilai tukar Rupiah terhadap dolar.
Ia memproyeksikan Rupiah bisa bergerak melemah menuju Rp16.900, dengan level support di kisaran Rp16.820 pada hari itu.
Sementara itu, Presiden Donald Trump sempat menyatakan bahwa pembicaraan dagang antara AS dan China sedang berlangsung, didukung oleh pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent.
Baca Juga: Arab Saudi Menetapkan Denda Hingga Rp 447 Juta dan Deportasi bagi Jemaah Haji Ilegal
Namun, pernyataan itu dibantah oleh pemerintah China melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Guo Jiakun, yang menegaskan tidak ada negosiasi terkait tarif antara kedua negara.
Guo juga menekankan bahwa dialog hanya bisa dilakukan atas dasar kesetaraan dan saling menghormati.