KALTENGLIMA.COM - Pemerintah Iran mengumumkan penyesuaian harga bensin bersubsidi sebagai upaya mengendalikan lonjakan biaya yang terus meningkat.
Kebijakan ini menjadi perubahan pertama sejak kenaikan harga pada 2019 yang kala itu memicu gelombang protes nasional.
Bensin murah selama puluhan tahun dianggap sebagai hak masyarakat Iran, sehingga setiap penyesuaian harga selalu berisiko menimbulkan gejolak sosial.
Tekanan terhadap pemerintah semakin besar seiring melemahnya nilai tukar rial serta dampak sanksi ekonomi terkait program nuklir Teheran.
Baca Juga: Pramono Anung Serahkan Penanganan Bentrok Kalibata ke Aparat Hukum
Kondisi tersebut membuat beban subsidi untuk mempertahankan harga bensin yang termasuk paling murah di dunia menjadi semakin berat.
Meski demikian, langkah pemerintah yang terkesan hati-hati dinilai sebagai upaya menghindari konfrontasi dengan publik yang masih lelah akibat konflik singkat dengan Israel pada Juni lalu.
Mulai Sabtu, 13 Desember, Iran menerapkan sistem penetapan harga baru dengan menambah tingkat ketiga dalam skema subsidi.
Baca Juga: Pramono Anung Instruksikan Pemeriksaan Kelayakan Gedung Imbas Kebakaran Terra Drone
Masyarakat tetap memperoleh jatah 60 liter per bulan dengan harga 15.000 rial per liter, sementara 100 liter berikutnya dipatok 30.000 rial per liter. Pembelian di atas batas tersebut dikenakan tarif baru sebesar 50.000 rial per liter.
Meski mengalami kenaikan, harga bensin Iran masih tergolong sangat rendah secara global, dengan selisih biaya produksi dan harga jual ditutup melalui subsidi pemerintah yang nilainya mencapai puluhan miliar dolar setiap tahun.