Kiamat Dalam Algoritma Saintifik

photo author
- Selasa, 15 Februari 2022 | 13:09 WIB
Munawar Khalil
Munawar Khalil

Penulis : Munawar Khalil, ASN Lingkup Pemkab Barut

Di dalam teks-teks kitab suci sering diramalkan bahwa kiamat akan terjadi sebentar lagi atau akan terjadi jika manusia sudah tidak menyembah Pencipta. Para saintis punya prediksi dan perhitungan berbeda, bahwa kehancuran total bumi sesungguhnya akan terjadi 5 milyar tahun lagi. Waktu selama itu tentu masih sangat jauh untuk ditempuh jika mengukur usia manusia yang produktif di skala 60 tahun.

Kenapa itu terjadi. Secara saintifik itu adalah akibat usia matahari sendiri seperti layakanya benda-benda angkasa lain yang mempunyai usia hidup. Matahari akan mulai kehilangan bahan bakarnya. Ketidakseimbangan reaksi fusi di inti dan kulit matahari menyebabkan matahari membengkak menjadi 250 kali lipat (red giant), menelan Merkurius dan Venus, serta akan memanggang Bumi.

Suhu di bumi menjadi 2000 derajat Celcius, menguapkan seluruh lautan, merusak atmosfir, dan menjadikan permukaan bumi sebagai lava panas. Tidak ada mahluk hidup yang bisa bertahan di kondisi ini.

Alien yang melintas akan kesulitan menemukan jejak kehidupan masa lalu di bumi. Namun pada masa itu, anak cucu kita (spesies turunan homosapien) harusnya sudah mampu melakukan perjalanan interstellar antar planet atau galaksi untuk menemukan Bumi 2.0 untuk ditempati.

Seperti bintang-bintang lain, matahari menciptakan energi-nya sendiri. Namun energi tersebut seiring waktu akan meredup dan padam. Sementara di alam semesta bintang lahir dan mati adalah proses biasa. Hidrogen sebagai material utama bintang mengalami proses membesar tapi dengan tekanan yang berkurang, lalu padam.

Proses dan kejadian itu tidak hanya dalam skala galaksi kita Bima Sakti saja namun terjadi juga pada trilyunan galaksi lain yang tergabung dalam kluster, super kluster, bahkan mega kluster galaksi. Karena matahari sendiri sebagai bintang juga berputar pada orbitnya mengitari pusat galaksi Bima Sakti.

Matahari adalah bintang berukuran kecil. Ada banyak bintang lain yang jauh lebih besar dari matahari yang memproduksi cahaya di alam semesta. Sayangnya karena jumlah materi gelap mendominasi sejumlah 95% semesta, maka semesta tetap kelihatan gelap.

Menatap angkasa semesta adalah menatap masa lalu kita. Bintang terdekat yang bisa kita lihat dengan mata telanjang pada malam hari adalah Proxima Centaury. Cahaya Proxima Centauri yang kita lihat itu adalah cahaya 4 tahun yang lalu, karena kecepatan rambatan cahaya yang 299 ribu km/detik masih tidak bisa menjangkau jauh dan luasnya semesta.

Artinya bintang terdekat saja tidak bisa kita capai dengan teknologi transportasi tercepat saat ini. Sebab cahaya matahari yang kita lihat pada siang hari pun adalah cahaya yang sudah berlalu 8 menit yang lalu.

Kecnderungan luasnya semesta dan kemungkinan terjadinya kiamat bisa saja terjadi lebih cepat dari perkiraan. Selain usia matahari, tertabraknya bumi oleh asteroid besar seperti kejadian jutaan tahun lalu hingga memusnahkan dinosaurus pada masa lalu pun bisa saja terjadi.

Sebagai makhluk kecil di semesta dengan volume otak yang lebih besar dibandung makhluk lain di Bumi, tentu yang harus menjadi fokus kita saat ini adalah kiamat-kiamat kecil yg terjadi sebelum kiamat besar, seperti pandemi, perang nuklir, pemanasan global, asteroid, dsb. Hanya dengan persatuan umat manusia, do’a ketundukan kepada Pencipta, serta bantuan sains dan teknologi, kita bisa menghindarinya atau memperkecil dampaknya.

Sebagian dikutip dari Kosmologi Indonesia.

Tulisan dan foto merupakan tanggungjawab penulis.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Fadang Irawan

Rekomendasi

Terkini

Japan Open 2023 : Jonatan Christie Runner-up

Minggu, 30 Juli 2023 | 23:09 WIB

Pengaruh Penjadwalan Jangka Pendek Pada UMKM

Senin, 26 Desember 2022 | 08:48 WIB

WACANA KOALISI SEMUT MERAH

Senin, 20 Juni 2022 | 05:59 WIB

Pemilu Dan Integrasi Politik

Jumat, 17 Juni 2022 | 13:09 WIB

Perseteruan Dengan Alam Semesta

Kamis, 24 Maret 2022 | 08:01 WIB
X