KALTENGLIMA.COM - Di Indonesia, perayaan Cap Go Meh begitu lekat dengan sajian lontong Cap Go Meh. Mengapa demikian?
Tak ubahnya sebuah perayaan, Cap Go Meh juga tak lengkap tanpa sajian-sajian khas yang mewarnainya.
Ada beberapa sajian yang selalu hadir dalam perayaan ini. Di antaranya adalah kue keranjang, onde-onde, dan lontong Cap Go Meh.
Baca Juga: Pj Sekda Rodie Roy : Pentingnya Upaya Meningkatkan Akses Pangan bagi Masyarakat
Beberapa makanan di muka biasanya disajikan saat momen kumpul bersama keluarga.
Namun, makanan 'berat' yang selalu menjadi andalan handai taulan tentu saja semangkuk lontong Cap Go meh yang terdiri dari lontong, opor ayam dan sambal goreng yang menggugah selera.
Lantas, mengapa perayaan Cap Go Meh selalu identik dengan sayuran yang sekilas hampir mirip dengan opor atau kari ayam saat momen Lebaran itu? Menurut laman Badan Bahasa Kemdikbud, merupakan bentuk adaptasi China peranakan di Nusantara terhadap budaya lokal, terutama di kawasan pesisir.
Baca Juga: Kabupaten Barito Utara Terima Sertifikat IndoGAP
Dalam sejarahnya, imigran dari Tionghoa pada abad ke-14 memang tidak diperbolehkan membawa perempuan, sehingga mereka menikahi perempuan Jawa lokal dan menciptakan budaya Peranakan Tionghoa-Jawa.
Arkian, terciptalah asimilasi makanan di mana mereka terbiasa mengudap kuliner masakan para warga lokal.
Konon, para peranakan Tionghoa itu juga mengadopsi masakan Nusantara, yakni ketupat Lebaran dan lain-lain.
Baca Juga: DPRD HSU Kunker ke Sekretariat DPRD Barito Utara, Ini Yang Dibahas
Kala itu kaum China peranakan melihat kuliner ketupat tersebut dan mencicipinya, lalu memadukannya dengan berbagai bumbu rempah yang dapat disesuaikan dengan lidah mereka.
Sejak saat itu, setiap Tahun Baru Imlek, Yuanxiao (bola nasi) tradisional diganti dengan lontong.
Tekstur lontong yang kental merupakan perlambang umur yang panjang.