KALTENGLIMA.COM - Amerika Serikat mengajukan usulan baru mengenai gencatan senjata sementara di Jalur Gaza, yang dirancang untuk berlangsung selama bulan suci Ramadan dan perayaan Passover Yahudi.
Rencana ini mencakup ketentuan bahwa pada hari pertama gencatan senjata, separuh dari sandera Israel yang saat ini berada di Gaza—baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal—akan dibebaskan.
Jika dalam masa gencatan senjata ini kesepakatan permanen dapat dicapai, maka seluruh sandera yang tersisa juga akan dibebaskan.
Baca Juga: Dipecat DKPP, KPU Kalsel Ambil Alih Tugas 4 Komisioner Banjarbaru
Pemerintah Israel, setelah melakukan diskusi dengan pejabat tinggi pertahanan dan tim perundingnya, menyatakan kesediaannya untuk menerima rencana yang diajukan oleh Utusan Khusus Presiden AS, Steve Witkoff.
Israel melihat proposal ini sebagai langkah potensial untuk memastikan kepulangan warganya yang disandera. Namun, hingga saat ini, Hamas belum memberikan persetujuan terhadap usulan tersebut.
Jika Hamas tetap menolak atau jika negosiasi untuk gencatan senjata permanen dianggap tidak menghasilkan kemajuan yang berarti dalam jangka waktu 42 hari, maka berdasarkan kesepakatan dengan Amerika Serikat, Israel berhak melanjutkan operasi militernya di Gaza.
Baca Juga: Usai Cekcok dengan Zelensky, Trump Dinilai Tak Akan Berpihak Lagi ke Ukraina
Dengan demikian, kelanjutan rencana gencatan senjata ini masih bergantung pada keputusan Hamas, sementara Israel telah menunjukkan kesiapan untuk bernegosiasi lebih lanjut jika ada respons positif dari pihak lawan.