KALTENGLIMA.COM - Presiden Prabowo Subianto melakukan kunjungan kenegaraan ke Mesir pada 14 Oktober 2025 untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Sharm El-Sheikh.
Agenda ini membahas upaya perdamaian dan penghentian perang di Gaza. Kehadiran Prabowo dalam forum internasional ini mengingatkan publik pada jejak diplomatik Presiden pertama RI, Soekarno, yang pada 1955 juga datang ke Mesir membawa misi perdamaian dan solidaritas dunia ketiga pasca Konferensi Asia-Afrika.
Kunjungan Soekarno ke Mesir pada 20 Juli 1955 disambut luar biasa oleh rakyat dan pemerintah Mesir.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Dorong Penghapusan Kredit Macet di Bawah Rp1 Juta, Jalan Baru Akses KPR bagi MBR
Pesawat kepresidenan dijemput oleh skuadron jet tempur Mesir dan disambut langsung oleh Perdana Menteri Gamal Abdel Nasser. Dalam upacara kenegaraan, Soekarno memeriksa pasukan kehormatan, dan lagu Indonesia Raya dikumandangkan.
Ratusan ribu warga Mesir memadati jalan sejauh 25 kilometer, meneriakkan yel-yel pro-Soekarno, mengibarkan bendera merah putih, dan mengarak sang proklamator dalam mobil terbuka bersama Nasser.
Selama kunjungan, Soekarno menerima penghargaan tertinggi dari pemerintah Mesir, “Grand Cordon of the Nile”, dan sempat mengunjungi Piramida Giza. Antusiasme rakyat Mesir kepada Soekarno bukan tanpa alasan.
Baca Juga: Ditresnarkoba Polda Riau dan TNI AL Gagalkan Penyelundupan Narkoba 31,82 Kg oleh Dua Sejoli
Bung Karno dikenal sebagai tokoh revolusi yang konsisten menyuarakan anti-kolonialisme dan netralitas dalam politik global.
Pandangannya sejalan dengan semangat kebebasan dan kemerdekaan yang saat itu mulai tumbuh di negara-negara Afrika dan Timur Tengah.
Kedekatan Indonesia dan Mesir semakin kuat ketika Indonesia menyatakan solidaritas kepada Mesir dalam berbagai momen penting, termasuk saat Mesir diserang Israel pada tahun 1956.
Baca Juga: KPK Ikut Kaji Program MBG dan Akan Keluarkan Rekomendasi
Soekarno dengan tegas mengecam agresi tersebut dan menyatakan bahwa rakyat Indonesia berdiri bersama Mesir. Tindakan ini mempererat hubungan kedua negara dan mempertegas posisi Indonesia sebagai pemimpin gerakan anti-penjajahan dunia.
Hingga kini, warisan diplomasi Soekarno masih terasa di Mesir. Salah satu bentuk penghargaan atas jasa-jasanya terlihat dari penamaan jalan "Ahmed Sukarno" di Kairo.