"Bohong saya beli disini baru-baru saja harga Rp35.000 per tabung," kata Warga bernama Ali Topan.
Pemilik Pangkalan menyebut, pihaknya sudah sebulan ini tidak mendapat orderan. "Kalau harga yang disebut warga tadi adalah harga jual sebulan lalu," jawabnya.
Terkait temuan-temuan ini, Tim Pertamina mencatat semua yang dilihat dan ditemukan di sejumlah pangkalan. Temuan terparah akan direkomendasikan Pemutusan Hubungan Usaha (PHU).
"Pangkalan ini mungkin kita PHU, nanti agen tolong dicarikan pengganti sebab pangkalan ini berada di jalan utama," kata Sales Branch Manager (SBM) Pertamina Wilayah Barito, Muhammad Ridho Hasbullah.
Sementara itu Ketua Komisi III DPRD Barito Utara, H Tajeri meminta kepada Pertamina Agen dan pangkalan yang nakal bisa di tindak dan beri sanksi. Namun kepada pangkalan dan agen yang terbukti baik, mau menjual LPG bersubsidi seuai HET ditetapkan pemerintah agar ditambah kuotanya.
"Ibu yang tadi berkata jujur mengatakan harga mahal dari agen harus dilindungi. Kapan perlu berikan solusi. kasihan dia diancam dan ditekan oleh agen. Padahal pangkalan itu hanya mencari untung Rp3.000 dari setiap penjualan. Kalau dari agen nya sudah mahal tentu saja dia jual tinggi. Siapa yang mau rugi berdagang," kata Tajeri.
Tajeri juga mempertegas, bahwa tekadnya terjun mengurus masalah LPG karena sering didatangi dan dikeluh kesah warga. "Jadi ingat saya menyuarakan masalah LPG bersubsidi bukan minta dipilih lagi sebagai wakil rakyat. Saya rela kog tidak dipilih lantaran mengurus ini. Tudingan semacam ini agar melemahkan perjuangan kita membela hak orang miskin," tegas Tajeri.(*)