pendidikan

Dari Kapuas Belajar ke Yaman. Negeri 1.000 Wali, Banyak Makam Nabi

Kamis, 10 Maret 2022 | 16:46 WIB
Muhammad Jahid Rojani (baju biru) usai ziarah ke makam Imam Muhajir Ahmad bin Isa di Husaisah (Aris Efendi)

Kaltenglima.com- Telah lama rindu itu disemayamkan. September nanti persis tiga tahun. Selama tiga tahun itu pula Muhammad Jahid Rojani tak pernah pulang. Tak pernah menginjakkan kaki dan menghirup wangi tanah kelahirannya di Kapuas, Kalimantan Tengah.

Jangan tanya seberapa besar rindu bergelora di dalam hatinya. Barangkali serupa gelora laut yang mampu menenggelamkan kapal. Tetapi gelora rindu tak boleh menenggelamkan cita-cita.

Tampaknya tekad itulah yang dipegang teguh Muhammad Jahid Rojani.

Roja terbang ke Yaman tahun 2019 untuk melanjutkan pendidikan setelah 6 tahun nyantri di Pondok Pesantren Darul Hijrah Putra, Martapura, Kalimantan Selatan. Ia berangkat bersama 30 mahasiswa asal Kalimantan.

Berita terkait : https://www.kaltenglima.com/pendidikan/pr-3512900755/dari-kapuas-belajar-ke-yaman-naik-bis-19-jam-tempuh-jalur-darat

Di kampusnya yang sekarang di Kota Tarim Provinsi Hadhramaut, ia tinggal di asrama mahasiswa yang telah disediakan oleh universitas. Asramanya cukup besar. Sekitar 32 kamar. Asrama yang sebelahnya berukuran lebih kecil dengan 24 kamar.

Masing-masing kamar kata Roja, diisi 5 sampai 9 mahasiswa. “Saya tinggal di kamar yang isinya 9 orang. Seluruhnya dari Indonesia. Ada yang dari Madura, Medan, Malang, Jawa Tengah dan Pekalongan. Tapi di kamar lain berasal dari berbagai negara seperti Malaysia, Thailand, Somalia, Afrika dan Tanzania” kata sulung dari 3 bersaudara ini.

Jarak dari asrama ke kampus amat dekat. Sekitar 200 meter. Cukup ditempuh dengan berjalan kaki selama 3 sampai 5 menit.

Pertama menginjakkan kaki di negeri yang disebut negeri 1.000 wali itu, Roja mengaku pelan-pelan harus belajar beradaptasi. Baik dengan iklim, bahasa, maupun dengan kebiasaan makan.

“Di Indonesia makan nasi. Disini makan roti. Hanya siang saja makan nasi dan ikan. Sedangkan pagi dan malam makan roti.,” kata mahasiswa semester VI Jurusan Syariah, Fakultas Syariah wal Qonun, Universitas Al Ahgaff, Yaman ini.
.

Mengapa memilih kuliah di Yaman? Bukan di Mesir atau Madinah?
“Karena saya tertarik dengan biah/lingkungannya yang religius dan masih sangat kental dengan syariat Islam,” kata Roja.

Dia menjelaskan, sebagian yang dilakukan penduduk Tarim berlandaskan Sunnah Nabi. Cara duduk mereka, cara makan, cara minum, cara bermuamalah, cara segala-galanya dilakukan dengan sesuai apa yang dianjurkan Rasulullah.

Menurut Roja, lingkungan religius itu juga dapat dilihat dari ramainya orang yang salat jamaah di masjid, ramainya majelis ilmu dan majelis maulid.

“Sulit menemukan perempuan berkeliaran di sini layaknya di Indonesia. Kalaupun ada, mereka menutup aurat dan memakai pakai cadar,” ujarnya. Bahkan, kata Roja, di Kota Tarim, ada pasar khusus wanita.

Yaman adalah negara arab yang pernah dikoyak perang saudara tahun 2014 silam . Saat itu, pemberontak Houthi berhaluan Muslim Syiah mengambil alih Ibu Kota Sanaa dan kota besar lainnya di Yaman.

Halaman:

Tags

Terkini

ADARO Gelar TPN XI Daerah Murung Raya

Jumat, 19 Juli 2024 | 10:07 WIB

13 Januari Diperingati Hari Apa? Simak Selengkapnya

Sabtu, 13 Januari 2024 | 18:19 WIB