Review Film Pabrik Gula: Horor Karya Awi Suryadi yang Penuh Misteri

KALTENGLIMA.COM - MD Entertainment menghadirkan film horor terbaru berjudul Pabrik Gula sebagai tayangan unggulan mereka pada momen Lebaran 2025.

Film ini disutradarai oleh Awi Suryadi dan diadaptasi dari kisah Simpleman, yang sebelumnya telah bekerja sama dengan MD Entertainment dalam sejumlah proyek film horor lainnya.

Film ini dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris ternama, di antaranya Ersya Aurelia, Arbani Yasiz, Erika Carlina, Bukie B. Mansyur, Wavi Zihan, Benidictus Siregar, Arif Alfiansyah, dan Yono Bakrie.

 Baca Juga: Season 3 Yumi’s Cells Sedang Disiapkan, Kim Go Eun Dapat Tawaran Lagi

Film ini mengisahkan tentang seorang buruh musiman bernama Endah, yang diperankan oleh Ersya Aurelia.

Endah bekerja di sebuah pabrik gula bersama beberapa rekannya, yaitu Fadhil yang dimainkan oleh Arbani Yasiz, Hendra yang diperankan oleh Bukie B. Mansyur, Wati yang dibawakan oleh Wavi Zihan, serta Naning dan Franky yang masing-masing diperankan oleh Erika Carlina dan Benidictus Siregar.

Menjelang musim panen, mereka diberikan aturan ketat untuk menyelesaikan pekerjaan hanya sampai pukul enam sore dan dilarang keluar dari losmen pada malam hari.

Baca Juga: Innalillahi : Aktor Senior Ray Sahetapy Meninggal Dunia

Namun, suatu malam Endah melihat seseorang keluar dari losmen dan memutuskan untuk mengikutinya. Sayangnya, ia kehilangan jejak orang tersebut dan justru menemukan sesuatu yang mencurigakan.

Sejak kejadian itu, Endah mulai mengalami berbagai gangguan dari makhluk tak kasat mata. Situasi semakin mencekam ketika salah satu rekan kerjanya meninggal secara misterius setelah berinteraksi dengannya.

Melihat keanehan yang terjadi, Fadhil pun mulai berdiskusi dengan Endah untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi di pabrik tersebut.

Baca Juga: Buntut Kontroversi yang Ada, Brand Y.O.U Putus Kontrak Kerja Sama dengan Kim Soo Hyun

Film Pabrik Gula menampilkan teror yang dibangun secara perlahan, berbeda dari kebanyakan film horor yang mengandalkan elemen jumpscare secara langsung.

Awi Suryadi mencoba menciptakan atmosfer horor yang lebih mendalam dengan membangun ketegangan sedikit demi sedikit, sebuah pendekatan yang sudah ia kembangkan dalam film-film sebelumnya yang juga diadaptasi dari kisah Simpleman.