2023 Pemecah Rekor Tahun Terpanas Sejak 1850, WMO: 2024 Bisa Lebih Panas Lagi

photo author
- Senin, 15 Januari 2024 | 19:20 WIB
Ilustrasi kekeringan (Freepik)
Ilustrasi kekeringan (Freepik)



KALTENGLIMA.COM - Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PPB), 2023 ditetapkan sebagai pemecah rekor tahun terpanas sejak tahun 1850. Bahkan, PBB mewanti-wanti jika tahun 2024 akan lebih panas lagi.

"Mengingat El Niño biasanya memiliki dampak terbesar terhadap suhu global setelah mencapai puncaknya, tahun 2024 bisa menjadi lebih panas lagi," demikian dikatakan Sekretaris Jenderal World Meteorological Organization (WMO) Prof Celeste Saulo dalam situs resmi WMO yang dirilis 12 Januari 2024, ditulis Senin (15/1/2024).

Prof Saulo memaparkan, peralihan dari La Nina (pendinginan) ke El Ninp (pemanasan) di tahun 2023 lalu jelas tercermin pada kenaikan suhu dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 2022.

Baca Juga: Dinkes Murung Raya Gelar Rakernis Program Tahun 2024, Hermon : Sesuai Visi Misi Pemda Tingkatkan Derajat Kesehatan

El Nino adalah peristiwa alam yang menyebabkan permukaan air di Samudra Pasifik bagian timur menjadi lebih hangat dan suhu global menjadi lebih tinggi.

Diperkirakan El Nino akan terus berlanjut setidaknya hingga bulan April 2024, sehingga meningkatkan kemungkinan tahun 2024 akan menjadi tahun rekor lainnya.

"Pertanyaan yang menarik dan menyedihkan adalah apa yang akan terjadi pada tahun 2024? Apakah akan lebih hangat dari tahun 2023? Kita belum tahu," kata Kepala Layanan Iklim Internasional WMO Christopher Hewitt, dilansir Reuters, Jumat 12 Januari 2024, ditulis Senin (15/1/2024).

Baca Juga: BPBD Warning Warga Murung Raya, Kalaksa : Waspada Bahaya Banjir

National Oceanic and Atmospheric Association (NOAA) Amerika Serikat menyebutkan terdapat satu dari tiga kemungkinan bahwa tahun 2024 akan lebih hangat dibandingkan tahun 2023, dan kemungkinan 99% akan masuk ke dalam lima suhu terpanas yang pernah tercatat.

"Kemungkinan besar (El Nino) akan bertahan hingga April, mungkin Mei, dan setelah itu kami tidak yakin - hal ini menjadi kurang pasti," imbuh Hewitt.

Dampak El Nino biasanya mencapai puncaknya selama musim dingin di Belahan Bumi Utara lalu kemudian berkurang, beralih ke fase La Nina atau netral yang secara umum menghasilkan suhu global yang lebih dingin. Tetapi ada juga risiko kembalinya El Nino.

Baca Juga: Beli Tanah untuk Investasi tapi Sang Pemilik Meninggal Lebih Dulu, Begini Cara Balik Nama Kepemilikannya

"Jika kita melakukan transisi ke fase La Nina... mungkin tahun 2024 mungkin bukan tahun terpanas yang pernah tercatat," tambah Direktur Layanan Perubahan Iklim Copernicus Eropa Carlo Buontempo.

Karena saat ini Belahan Bumi Selatan sedang memasuki musim panas saat El Nino mencapai puncaknya, pihak berwenang waspada terhadap gelombang panas, kekeringan, serta kebakaran.

Minggu ini, Biro Meteorologi Australia mengeluarkan peringatan panas ekstrem untuk Australia Barat.

Baca Juga: Berikut Perkiraan Susunan Pemain Indonesia Vs Irak: Asnawi Jadi Starter?

Penasihat pendukung keputusan untuk Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan dari konsultan internasional Chemonics,
Lark Walters, mengatakan, Afrika bagian selatan dikhawatirkan akan mengalami kekurangan pangan ketika musim kemarau di awal tahun 2024.

"Kami sangat khawatir mengenai potensi musim kemarau di bulan Januari dan Februari dengan kemungkinan besar curah hujan di bawah rata-rata. Kami memperkirakan lebih dari 20 juta orang akan membutuhkan bantuan pangan darurat," ucap Walters.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Wanda Hanifah Pramono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X