KALTENGLIMA.COM - Presiden AS Donald Trump mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk segera mengakhiri perang di Ukraina. Namun, Putin merespons dengan sikap tenang dan terkesan meremehkan ancaman ekonomi Trump.
Ia bahkan menyatakan kesiapannya untuk berdiskusi dan menyarankan agar pertemuan langsung dilakukan.
Trump sebelumnya mengancam akan memperparah tekanan ekonomi terhadap Rusia jika perang tidak segera dihentikan. Meski begitu, Putin merespons dengan nada positif, menyebut dirinya terbuka untuk bekerja sama.
Baca Juga: Deddy Corbuzier Terancam Dihukum Militer Karena Ucapannya
Namun, Putin menyoroti kendala negosiasi dengan Ukraina karena Presiden Volodymyr Zelensky telah menandatangani dekrit yang melarang pembicaraan dengannya.
Sejak dilantik, Trump berulang kali menyerukan resolusi cepat untuk perang yang kini memasuki tahun ketiga. Dalam pidato video, Zelensky menuduh Putin mencoba memanfaatkan keinginan Trump untuk perdamaian.
Zelensky menegaskan bahwa Rusia tidak akan lagi berhasil memanipulasi presiden AS. Di sisi lain, Trump memperkuat tekanannya dengan ancaman sanksi ekonomi, termasuk mendesak OPEC menurunkan harga minyak guna mengurangi pendapatan Rusia yang bergantung pada sektor energi.
Baca Juga: Presiden Prabowo Belajar Penghapusan Kemiskinan dari India
Meski begitu, Putin meremehkan ancaman tersebut, dengan menyebut harga minyak yang terlalu rendah juga bisa berdampak buruk bagi AS dan Rusia.
Pejabat Moskow menanggapi ancaman Trump dengan hati-hati tetapi tetap teguh pada posisinya terkait perang. Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, menyatakan tidak ada hal baru dalam ultimatum Trump.
Namun, ancaman ekonomi ini tampaknya menimbulkan frustrasi di kalangan elit Moskow, sementara beberapa tokoh nasionalis mengkritik keras langkah Trump.
Baca Juga: Kucing Ini PP Australia-Selandia Baru dalam 24 Jam Karena Ketinggalan di Pesawat
Alexandra Prokopenko, mantan pejabat Bank Sentral Rusia, menilai bahwa tekanan ekonomi tidak akan cukup untuk mengubah tekad Putin melanjutkan perang.
Artikel Terkait
Akibat Pabrik Amunisi di India Meledak, 8 Pekerja Tewas
Trump Kembali Batalkan Kebijakan Biden, Kini Kirim Pasokan Bom ke Israel
Jelang Penahanan Berakhir, Presiden Korsel Didakwa Pimpin Pemberontakan