KALTENGLIMA.COM - Mayat seorang pria ditemukan di dalam mobil yang terjebak banjir di tenggara Australia pada Jumat, menambah jumlah korban tewas menjadi empat orang setelah tiga hari hujan deras mengguyur wilayah tersebut.
Polisi melaporkan bahwa jenazah pria tersebut ditemukan di dekat Coffs Harbour, sekitar 550 km di utara Sydney. Sementara itu, pencarian terhadap satu orang yang masih hilang terus berlanjut sejak banjir melanda pada awal pekan.
Sekitar 50.000 orang masih terisolasi akibat bencana ini. Warga yang mulai kembali ke rumah masing-masing diperingatkan untuk tetap waspada terhadap potensi bahaya yang tersisa.
Baca Juga: Kadinkes Karanganyar Ditetapkan Sebagai Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan Alkes Rp13 Miliar
Wakil Komisaris Layanan Darurat negara bagian, Damien Johnston, mengingatkan bahwa air banjir dapat mengandung kontaminan, serta menjadi tempat persembunyian hewan berbahaya seperti ular. Selain itu, keberadaan aliran listrik juga bisa menimbulkan risiko tambahan.
Rekaman televisi memperlihatkan rambu jalan dan persimpangan terendam air, serta mobil-mobil yang hanya tampak atapnya karena tingginya genangan.
Sungai-sungai di wilayah Hunter dan Mid North Coast, New South Wales, meluap dengan cepat, menyapu segala yang ada di sekitarnya, termasuk puing dan ternak.
Baca Juga: Ketua DPR Puan Maharani Kecam Praktik Tahan Ijazah Pekerja
Perdana Menteri Anthony Albanese membatalkan kunjungannya ke Taree, salah satu kota terdampak paling parah, karena kondisi yang tidak memungkinkan.
Dalam kunjungannya ke kota Maitland, ia menyampaikan bahwa pemerintah berkomitmen membantu warga yang terdampak dan menegaskan bahwa mereka tidak sendirian.
Australia belakangan mengalami peningkatan kejadian cuaca ekstrem, yang menurut sejumlah ahli terkait langsung dengan perubahan iklim.
Baca Juga: KPK Sita 2 Sedan BMW Terkait Dugaan Korupsi di Kemnaker
Setelah menghadapi kekeringan dan kebakaran hutan besar pada akhir dekade lalu, banjir besar kini menjadi tantangan utama sejak 2021.
Peneliti cuaca dari ClimaMeter, Davide Faranda, menyebut bahwa curah hujan ekstrem yang dulunya jarang terjadi kini menjadi lebih umum, mengindikasikan perubahan signifikan dalam pola cuaca Australia.
Artikel Terkait
Donald Trump Ingin Relokasi 1 Juta Warga Palestina dari Gaza ke Libya
Paus Leo Resmi Dilantik, Serukan Persatuan Bagi Gereja yang Terpecah
250.000 Lebih Umat Padati Lapangan Santo Petrus untuk Pelantikan Paus Leo XIV
Kapal Angkatan Laut Meksiko Tabrak Jembatan Brooklyn, Korban Berjatuhan