kaltenglima.com - Negara anggota NATO dan sekutunya, termasuk Inggris sudah menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Milyuner asal Rusia, Roman Abramovich yang juga pemilik raksasa Liga Inggris, Chelsea, dilarang masuk ke negeri Ratu Elizabeth itu selamanya.
Lansiran This Is Money via Sporting News, Jumat (25/2/2022) melaporkan, dalam dua hari nilai saham perusahaan baja dan pertambangan Evraz, di mana Abramovich adalah pemegang saham terbesar grup tersebut, turun drastis.
Dilaporkan, nilai saham Evraz turun 29 persen atau sekitar 680 juta dolar Amerika menjadi 2,53 miliar dolar Amerika alias merugi Rp 9,7 triliun.
Konglomerat berusia 55 tahun tersebut dituding terlibat dalam rencana Presiden Rusia Vladimir Putin. Konsekuensinya, jelas membuat Roman Abramovich terpuruk.
Pemilik mayoritas saham Chelsea, Roman Abramovic diketahui merupakan pria berkebangsaan Rusia.
Berdasarkan laporan dari harian The Sun, keamanan Inggris mengungkapkan bahwa Abramovich sudah tidak bisa lagi tinggal di Inggris. Pejabat di bagian imigrasi Inggris sudah diberi instruksi untuk melarang Abramovich masuk ke negara mereka.
Padahal ia memiliki sejumlah bisnis, aset di beberapa bank dan properti mewah di Inggris. Termasuk rumah mewahnya di dekat Kensington Palace yang bernilai £125 juta.
Para pengusaha Rusia, termasuk Abramovic, dikenal banyak berinvestasi di London. Saking besarnya jumlah investasi itu, ada julukan 'Londongrad' bagi ibukota Inggris tersebut.
Pengusiran' itu dilontarkan secara terbuka oleh anggota parlemen Partai Buruh Inggirs, Christ Bryant seiring rencana pemerintah Inggris membekukan aset-aset Rusia, termasuk milik para pengusahanya, sebagai bentuk sanksi embargo ekonomi terhadap Negeri Beruang Putih.
Sportsbible melansir, Bryant menyoroti kepemilikan saham Abramovic yang diisukan memiliki kedekatan dengan presiden Rusia, Vladimir Putin
Dengan dugaan awal bahwa Abramovich merupakan salah satu dari 35 oligarki yang mendukung keputusan-keputusan Putin.
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss belum ingin berpendapat soal apakah Abramovich juga akan dikenakan sanksi atau tidak.
Menurut dia, jika Rusia tak kunjung menghentikan konflik dengan Ukraina, maka kemungkinan besar Inggris akan memikirkan kembali kerja sama mereka dengan Rusia, termasuk pebisnis asal Rusia yang ada di Inggris.