KALTENGLIMA.COM - Dalam beberapa hari terakhir, publik ramai menelusuri siapa sosok di balik kepemilikan Taman Safari Indonesia.
Rasa penasaran ini melonjak setelah viralnya pengakuan dari sejumlah mantan pemain sirkus yang mengungkap pengalaman kelam mereka selama menjadi bagian dari Oriental Circus Indonesia.
Melalui laporan resmi kepada Kementerian Hukum dan HAM, para eks anggota sirkus tersebut menyampaikan bahwa mereka pernah mengalami berbagai bentuk kekerasan, eksploitasi secara ekonomi, hingga tindakan yang dinilai tak manusiawi selama bekerja.
Baca Juga: 15 TK di Kapuas Dinegerikan, Kadisdik: Ini adalah Langkah untuk Meningkatkan Kesejahteraan Guru PAUD
Laporan yang disampaikan langsung kepada Wakil Menteri HAM (Wamenham) Mugiyanto pada Selasa, 15 April 2025 ini menyeret nama besar keluarga pendiri Taman Safari Indonesia, memicu polemik sengit dan desakan pengusutan tuntas dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Sorotan tajam kini tertuju pada sosok di balik megahnya Taman Safari Indonesia. Mereka adalah Hadi Manansang, Jansen Manansang, Frans Manansang, dan Tony Sumampau, sebagai pihak yang disebut oleh para mantan pemain sirkus memiliki keterkaitan dengan rangkaian dugaan kejadian eksploitasi dan kekerasan tersebut.
Nama-nama ini bukanlah sosok asing dalam industri pariwisata dan konservasi di Indonesia, mengingat peran sentral mereka dalam mengembangkan Taman Safari menjadi salah satu destinasi ikonik di Tanah Air.
Baca Juga: Kadisdik Kapuas: Penegerian TK Menjadi Syarat Utama bagi Guru PAUD untuk Mengikuti PPPK
Kronologi Dugaan Eksploitasi
Kisah kelam yang diungkapkan oleh para mantan pemain sirkus OCI bermula dari pengalaman mereka selama puluhan tahun beratraksi di berbagai lokasi, termasuk di Taman Safari Indonesia.
Para perempuan ini melaporkan kepada Wamenkumham Mugiyanto mengenai dugaan kekerasan fisik, eksploitasi ekonomi, serta perlakuan tidak manusiawi yang mereka alami selama masa kerja mereka di bawah bendera sirkus yang kerap kali bekerja sama dengan Taman Safari.
Pengakuan ini sontak menimbulkan keprihatinan mendalam dan memicu pertanyaan besar mengenai praktik ketenagakerjaan dan perlindungan hak asasi manusia di industri hiburan, khususnya dalam konteks sirkus yang melibatkan individu-individu dengan latar belakang yang beragam.