KALTENGLIMA.com - Siklus El Nino bakal melanda Indonesia, seluruh pemerintah daerah diminta bersiap menghadapi kemarau panjang yang bakal menyebabkan kekeringan.
El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal di Samudera Pasifik yang diprediksi akan melanda Indonesia pada Agustus 2023 yang menyebabkan kemarau panjang.
Baca Juga: Kapolda Kaltara Irjen Daniel Adityajaya Bantah Terima Suap Kasus BBM illegal
Baca Juga: Hari Buruh 2023, Presiden Jokowi: Momen Tingkatkan Kesejahteraan dan Lindungi Pekerja
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta semua pihak bersiap menghadapi kemarau panjang ini.
Menko Luhut mengatakan, kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah harus bersiap melakukan upaya mitigasi menghadapi El Nino.
Baca Juga: Berikut Kronologi Lengkap Penemuan Mayat Kasat Narkoba Polres Jaktim Tertabrak Kereta Api
"Berdasarkan pengalaman di 2015, El Nino berpotensi menyebabkan dampak kekeringan yang luas, termasuk juga kebakaran hutan dan lahan," terang Luhut.
Dengan kekeringan ini akan membuat produksi pangan terdampak sehingga sangat berpotensi meningkatkan angka inflasi. Hal inilah yang diminta oleh Menko Luhut untuk diantisipasi.
Baca Juga: Sniper TNI Berhasil Tangkap Penembak Gelap KKB di Hutan Papua
“Saya meminta seluruh K/L terkait juga pemerintah daerah untuk mulai bersiap sejak dini, memperhitungkan segala langkah yang mesti ditempuh agar pengalaman buruk delapan tahun lalu tidak terulang kembali. Setidaknya sejak saat ini kami menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino,” katanya dalam unggahan di akun Instagram pribadinya dikutip Jumat (28/4/2023).
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi mayoritas wilayah di Indonesia akan menghadapi musim kemarau atau kekeringan panjang mulai Maret 2023. Puncaknya, sebanyak 32 dari total 34 provinsi akan dilanda musim kering pada Agustus 2023 mendatang.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Jarot Widyoko menyampaikan, indikasi kekeringan itu dapat dilihat dari cuaca, dimana tingkat intensitas hujan yang berada di bawah 100 mm per bulan.