Diperkirakan Terjadi Fenomena Spektakuler Pada 8 April saat Gerhana Matahari

photo author
- Senin, 25 Maret 2024 | 18:15 WIB
Saksikan keindahan langit dengan gerhana Matahari total dan cincin pada 2024. Jadwal lengkap di luar dan di lautan Pasifik (Gambar oleh A Owen dari Pixabay / GoraEdu.com)
Saksikan keindahan langit dengan gerhana Matahari total dan cincin pada 2024. Jadwal lengkap di luar dan di lautan Pasifik (Gambar oleh A Owen dari Pixabay / GoraEdu.com)



KALTENGLIMA.COM - Gerhana Matahari total terakhir selama beberapa dekade yang akan terjadi pada 8 April diperkirakan akan menyuguhkan sebuah fenomena spektakuler lainnya sebab pancaran ledakan besar Matahari.

Ilmuwan memperkirakan akan terjadi ledakan besar Matahari yang berbarengan dengan gerhana Matahari pada 8 April yang akan membuat para pengamat langit terpesona dengan penampakan 'cincin' unik akibat letusan yang dipancarkan oleh Matahari.

Gerhana Matahari total pada bulan depan akan terjadi dalam beberapa jam, dengan jalur gerhana Matahari total yang tersebar di puluhan negara. Namun sayang, Indonesia tidak dilintasi fenomena ini sehingga tidak dapat menyaksikannya secara langsung.

Baca Juga: Lupa Membaca Niat Puasa Pada Malam Hari, Apakah Puasanya Tetap Sah?

Para fisikawan dan peneliti Matahari mengatakan, selama fase totalitas, ketika Bulan benar-benar menghalangi pandangan Matahari, semburan plasma bisa terlihat keluar dari Matahari. Mereka juga mencatat jika lingkaran berwarna pink tua, yang disebut prominences, mungkin merupakan bagian dari fenomena yang terlihat.

Melansir dari News Week, gerhana Matahari total merupakan peristiwa astronomi langka ketika langit menjadi gelap sesaat pada siang hari karena Bulan menghalangi jalur cahaya Matahari menuju Bumi.

Gerhana Matahari total yang akan terjadi pada bulan April sangat istimewa mengingat gerhana Matahari total berikutnya baru akan terjadi lagi dalam 20 tahun ke depan, yakni hingga Agustus 2044.

Baca Juga: Kerinduan dan Bisikan Anggi Pratama Sebelum Stevie Agnecya Meninggal Dunia

Fenomena gerhana ini juga diperkirakan akan lebih unik sebab bertepatan dengan puncak maksimum Matahari, yakni periode ketika Matahari sangat aktif, menurut prakiraan cuaca NASA dan National Center for Atmospheric Research (NCAR) AS.

"Tingkat aktivitas Matahari mengalami pasang surut selama siklus 11 tahun dan puncak maksimum Matahari terjadi tahun ini, yang menyebabkan peningkatan cuaca luar angkasa yang menakjubkan," kata Prediction Center Project Manager di Space Weather, Bryan Brasher.

Selama periode solar maksimum, Matahari akan lebih sering memuntahkan lontaran massa koronal (CME), yakni pelepasan plasma magnet secara besar-besaran dari atmosfer luar Matahari, yang disebut corona.

Baca Juga: Antisipasi Terjebak Macet, Menhub Imbau Masyarakat Mudik Lebih Awal

"CME ini menyebabkan lonjakan badai geomagnetik dan jilatan api Matahari serta menghasilkan aurora yang spektakuler," katanya.

Menurut NASA, pada 8 April nanti, jalur gerhana totalitas akan dimulai di Meksiko dan melintasi Texas, Oklahoma, Arkansas, Missouri, Illinois, Indiana, Ohio, New York, Pennsylvania, Vermont, New Hampshire, dan Maine sebelum akhirnya menuju Atlantik Utara.

Dallas dan Cleveland terdaftar sebagai sejumlag lokasi teratas untuk melihat gerhana, jika cuaca memungkinkan. Adapun periode totalitas bervariasi berdasarkan lokasi serta akan berlangsung antara dua hingga empat setengah menit.

Baca Juga: Jelang Lebaran, Mendag Zulhas Jamis Tak Ada Kenaikan Harga Bahan Pokok

"Pengamat mungkin dapat melihat beberapa aktivitas Matahari yang meningkat, seperti jilatan api Matahari (CME), selama totalitas," kata Scott McIntosh, fisikawan surya dari NCAR.

"Aktivitas tersebut, yang digambarkan sebagai 'ledakan' atau 'letusan' dari permukaan Matahari, biasanya tidak terlihat tanpa instrumen karena kecerahan Matahari," sambungnya.

Para fisikawan surya menyebutkan fenomena langit bulan depan akan menjadi pengalaman yang tidak akan terlupakan sebab meningkatnya aktivitas Matahari. McIntosh bahkan menggambarkannya sebagai 'pengalaman audio-visual.'

Baca Juga: Asus ROG NUC, Ini Spesifikasi Dan Harganya!

"Korona berkilau dalam banyak warna yang menyatu. Ada rasa kagum dari kerumunan orang dan kesunyian hewan-hewan saat siang hari berubah menjadi senja dan kembali lagi. Ini adalah pengalaman dunia lain," ia menggambarkan.

"Plasma yang Anda lihat secara total jutaan kali lebih redup daripada piringan Matahari dan itulah sebabnya Anda membutuhkan Bulan untuk menghalangi piringan tersebut sehingga kita dapat melihat corona. Sungguh suatu kebetulan geometris yang menakjubkan bahwa kita mendapatkan gerhana," sambungnya.

Ia menambahkan meskipun terdapat kemungkinan yang sangat besar jika lontaran massa koronal dapat terjadi selama totalitas, kemungkinan aktivitas itu dapat terlihat dari satu lokasi selama beberapa menit totalitas sangatlah kecil.

Baca Juga: Jawaban Ayu Dewi Diprotes Tetangga Lakukan Renovasi Rumah

Tetapi, McIntosh mengatakan satu hal yang harus diwaspadai ialah bentuk mahkota Matahari, yang menurutnya bisa terlihat sangat tajam akibat aktivitas Matahari. Dia memperkirakan Matahari mungkin menyerupai landak yang marah.

McIntosh menyebutkan bahwa meskipun dia menyarankan penggunaan pelindung mata sebelum dan setelah fase totalitas, melepas kacamata selama fase itu dapat membantu penonton mendapatkan visual yang lebih baik tentang 'bola' bercahaya yang ikonik tersebut.


Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Wanda Hanifah Pramono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

PayPal Ajukan Izin Dirikan Bank di Amerika Serikat

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:42 WIB

FIFAe World Cup 2025 Hari Ini: Indonesia Vs Jepang

Rabu, 10 Desember 2025 | 12:44 WIB

Sudah Bisa Cek! Begini Cara Cek Youtube Wrapped 2025

Minggu, 7 Desember 2025 | 19:56 WIB

Harga RAM Melonjak, AMD Bakal Naikkan Harga Kartu Grafis

Selasa, 25 November 2025 | 13:03 WIB

Digoyang Google dan Anthropic, ChatGPT Mulai Goyah

Jumat, 21 November 2025 | 13:40 WIB
X