KALTENGLIMA.COM - Pernikahan lavender atau Lavender Marriage adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan di mana setidaknya salah satu pasangannya adalah homoseksual atau biseksual.
Pernikahan ini seringkali dilakukan bukan karena dilandasi oleh cinta romantis antara kedua pasangan, melainkan karena berbagai alasan sosial dan pribadi.
Baca Juga: Long Weekend, Mobil ke Puncak Via Tol Ciawi Meningkat 42ribu pada 15 September
Mengapa Disebut Lavender Marriage?
- Warna Lavender: Warna lavender sering dikaitkan dengan komunitas LGBTQ+. Oleh karena itu, istilah "lavender marriage" digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan pernikahan yang melibatkan individu-individu dengan orientasi seksual yang tidak heteronormatif.
- Sembunyi di Balik Topeng: Pernikahan lavender seringkali menjadi semacam topeng untuk menyembunyikan orientasi seksual sebenarnya dari masyarakat. Hal ini dilakukan karena adanya stigma sosial, diskriminasi, dan kurangnya penerimaan terhadap komunitas LGBTQ+.
Baca Juga: Polisi Selidiki Pria yang Ditemukan Tewas dalam Selokan di Tanjung Priok Jakut
Sejarah Singkat Lavender Marriage
Praktik pernikahan lavender telah ada sejak lama, terutama di masa-masa ketika homoseksualitas masih dianggap tabu dan ilegal di banyak negara.
Beberapa alasan mengapa orang memilih untuk menjalani pernikahan lavender pada masa lalu antara lain:
- Tekanan Sosial: Masyarakat seringkali mengharapkan individu untuk menikah dan memiliki keluarga sesuai dengan norma heteronormatif.
- Warisan Keluarga: Tekanan untuk melanjutkan garis keturunan keluarga juga menjadi salah satu faktor.
- Karir: Dalam beberapa konteks, status pernikahan dapat memberikan keuntungan tertentu dalam dunia kerja.
Baca Juga: Napi Lapas Cipinang Ditemukan Tewas, Ini Penyebabnya
Dampak Lavender Marriage
Pernikahan lavender dapat membawa berbagai dampak, baik positif maupun negatif, bagi individu yang terlibat di dalamnya. Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain:
- Tekanan Emosional: Menjalani pernikahan yang tidak sesuai dengan orientasi seksual dapat menyebabkan tekanan emosional yang signifikan.
- Tantangan dalam Hubungan: Hubungan dalam pernikahan lavender seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan unik, seperti kebutuhan untuk menyembunyikan identitas seksual dan kurangnya keintiman emosional.
- Isolasi Sosial: Pasangan dalam pernikahan lavender mungkin merasa terisolasi dari komunitas LGBTQ+ maupun dari lingkungan sosial mereka yang lebih luas.
- Hukum yang Rumit: Status hukum pernikahan lavender dapat menjadi rumit, terutama terkait dengan hak-hak waris, asuransi, dan pengasuhan anak.
- Kerusakan Reputasi: Dalam beberapa kasus, pernikahan lavender dapat berdampak negatif pada reputasi individu yang terlibat, terutama jika rahasia mereka terbongkar.
Artikel Terkait
Dewan Murung Raya Ajak Jaga Budaya Lokal, Begini Harapannya
Daftar Restoran Nusantara yang Hits di Jakarta, Recomended!
iOS 18 Bakal Segera Rilis, Apa yang Baru?
Rumah Dibobol Maling di Tangerang, Duit dan Perhiasan Rp 478 Juta Hilang!
Polisi Amankan Tawuran di Manggarai Jaksel, 1 Remaja Bawa Celurit!