Pemerintah AS Tuding Rusia Terlibat Jatuhnya Pesawat Azerbaijan Airlines

KALTENGLIMA.COM - Pemerintah Amerika Serikat mencurigai Rusia sebagai pihak yang mungkin bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Azerbaijan Airlines pada 25 Desember, yang menewaskan 38 orang.

Dugaan ini muncul berdasarkan indikasi awal bahwa pesawat tersebut kemungkinan menjadi sasaran tembakan sistem pertahanan udara Rusia ketika berusaha mendarat di Chechnya. Setelah upaya pendaratan gagal, pesawat dialihkan ke Kazakhstan, tetapi akhirnya jatuh di sana.

Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, menyatakan bahwa AS telah menawarkan bantuan dalam penyelidikan kecelakaan tersebut, meskipun ia tidak mengungkapkan detail lebih lanjut.

Baca Juga: Polisi Tepis Amankan Seorang Mahasiswa saat Demo Kenaikan PPN 12%

Di sisi lain, Kremlin memilih tidak memberikan komentar terkait insiden ini. Namun, kepala Badan Penerbangan Sipil Rusia mengakui bahwa situasi di Chechnya cukup rumit akibat serangan drone Ukraina di wilayah tersebut.

Para pakar penerbangan dan pejabat Azerbaijan menduga sistem GPS pesawat terganggu oleh alat pengacau elektronik, sebelum rusak akibat serpihan rudal pertahanan udara Rusia. Foto-foto kerusakan pada pesawat yang beredar di media semakin memperkuat dugaan adanya serangan rudal.

Menteri Transportasi Azerbaijan, Rashad Nabiyev, juga menegaskan bahwa pesawat mengalami "interferensi eksternal" serta kerusakan signifikan pada bagian dalam dan luar saat mencoba mendarat. Menurut laporan korban selamat, terdengar tiga ledakan saat pesawat berada di atas Grozny.

Baca Juga: Hipotermia di Tengah Perang Gaza, 4 Bayi Meninggal Dunia

Tim investigasi kini tengah memeriksa jenis senjata atau rudal yang terlibat dalam insiden tersebut. Meski Azerbaijan belum secara langsung menuduh Rusia, pernyataan pejabat tinggi negara itu menunjukkan adanya campur tangan pihak eksternal dalam tragedi ini.

Kejadian ini memperburuk ketegangan antara Rusia dan negara-negara di kawasan, sekaligus meningkatkan perhatian global terhadap keamanan penerbangan di wilayah konflik.