Korban Gempa Myanmar Bertambah: 1.700 Meninggal, 3.400 Cedera, 300 Belum Ditemukan

photo author
- Senin, 31 Maret 2025 | 04:54 WIB
Salah satu titik bangunan yang runtuh akibat gempa Myanmar 7,7 SR Jumat 28 Maret 2025. (X@unicef)
Salah satu titik bangunan yang runtuh akibat gempa Myanmar 7,7 SR Jumat 28 Maret 2025. (X@unicef)

KALTENGLIMA.COM - Jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang Myanmar terus bertambah. Otoritas setempat melaporkan bahwa jumlah korban meninggal dunia kini telah mencapai 1.700 orang.

Gempa yang terjadi pada Jumat, 28 Maret 2025, ini menjadi salah satu gempa terkuat yang melanda Myanmar dalam satu abad terakhir.

Pemerintah militer Myanmar mengungkapkan bahwa bencana ini tidak hanya menyebabkan ribuan korban jiwa, tetapi juga mengakibatkan sekitar 3.400 orang terluka dan lebih dari 300 orang masih dinyatakan hilang hingga Minggu, 30 Maret 2025.

Baca Juga: Sebagian Negara Besar Arab Rayakan Lebaran 30 Maret

Jenderal Senior Min Aung Hlaing, kepala junta Myanmar, memperingatkan bahwa jumlah korban tewas kemungkinan masih akan bertambah. Ia juga mengakui bahwa pemerintahannya menghadapi tantangan besar dalam menangani dampak bencana ini.

Sejumlah negara tetangga telah mengirimkan bantuan kemanusiaan, termasuk India, Tiongkok, dan Thailand, yang menyediakan bahan kebutuhan darurat serta tim penyelamat.

Selain itu, Malaysia, Singapura, dan Rusia juga telah mengirimkan bantuan serta personel untuk membantu proses penanganan bencana.

Baca Juga: KRI Banjarmasin-592 Antarkan 315 Pemudik ke Dermaga Madura

Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah menyatakan bahwa tingkat kerusakan akibat gempa ini sangat luas, sementara kebutuhan kemanusiaan terus meningkat setiap jam.

Organisasi tersebut juga menekankan pentingnya upaya pemulihan yang cepat, mengingat suhu yang meningkat serta musim hujan yang akan segera tiba dalam beberapa minggu ke depan.

Gempa ini semakin memperburuk kondisi Myanmar, yang sejak kudeta militer pada 2021 telah dilanda konflik berkepanjangan akibat perang saudara. Infrastruktur penting seperti jembatan, jalan raya, bandara, dan jalur kereta api mengalami kerusakan parah, yang menghambat upaya penyaluran bantuan kemanusiaan.

Baca Juga: Konvoi Keliling di Malam Takbiran Bakal Ditindak Polisi

Di beberapa wilayah dekat pusat gempa, warga mengaku bahwa bantuan dari pemerintah masih sangat terbatas, sehingga mereka terpaksa berjuang sendiri untuk bertahan hidup.

Min Aung Hlaing menegaskan bahwa pemulihan jalur transportasi menjadi prioritas utama guna mempercepat distribusi bantuan bagi para korban.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Laili Rukhmina

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X