Pada siang hari, atom, molekul, dan debu atmosfer berinteraksi dengan foton, yang menyebabkan cahaya berhamburan ke berbagai tempat yang berada di waktu terang.
Namun, ketika berada di planet atau satelit yang memiliki atmosfer atau sangat tipis, kita akan melihat langit berwarna hitam, baik pada siang maupun malam hari.
Di Bumi, atmosfer lebih sering menyebarkan cahaya biru, sehingga langit siang hari tampak biru.
Baca Juga: Ten Hag Tegaskan Tak Akan Lepas Marcus Rashford
Apabila melihat foto yang diambil oleh pesawat antariksa Apollo di Bulan, kita akan melihat bahwa langit di sana berwarna hitam, meskipun sinar Matahari yang cerah berada di permukaannya.
Paradoks Fotometrik Olbers
Para ilmuwan telah lama mempertanyakan mengapa cahaya dari banyak bintang tidak dapat menerangi alam semesta.
Namun, pertanyaan ini dapat dijawab dengan sesuatu yang disebut sebagai Paradoks Fotometrik Olbers.
Baca Juga: Hindari Konsumsi 5 Makanan Ini Agar Tak Cepat Lapar Saat Puasa
Dikutip dari Live Science, Paradoks Olbers dapat dijelaskan dengan teori perluasan ruang waktu.
Teori tersebut berpendapat bahwa alam semesta mengembang lebih cepat dari kecepatan cahaya.
Padahal, cahaya dari galaksi jauh meregang dan berubah menjadi berbagai jenis gelombang, seperti gelombang inframerah, gelombang mikro, dan gelombang radio.
Baca Juga: Dua negara dengan Wakil Terbanyak di final All England 2024
Komponen cahaya yang terdiri dari berbagai gelombang itu semuanya tidak dapat dideteksi oleh mata manusia.
Karena mata tidak dapat mendeteksi berbagai gelombang tersebut, manusia di Bumi akan melihat bahwa ruang angkasa akan tampak gelap. Baca Juga: Atletico Madrid dan Barcelona Sama-Sama Percaya Diri Akan Raih Kemenangan