KALTENGLIMA.COM - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyampaikan bahwa ekspor dari sektor industri baja Indonesia saat ini menempati peringkat ke-4 dunia, yang menunjukkan kontribusi signifikan terhadap stabilisasi ekonomi negara.
Pernyataan tersebut disampaikan Zulkifli Hasan dalam pidato utama pada acara Seminar Nasional dan Pameran Rantai Pasok Konstruksi Baja, serta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III Indonesian Society of Steel Construction (ISSC) di Jakarta pada Rabu, 10 Juli lalu. Tema seminar ISSC tahun ini adalah "Menjadikan Konstruksi Baja Tuan Rumah di Negeri Sendiri".
Industri besi dan baja Indonesia kini berada di peringkat ke-4 global, dengan nilai ekspor pada tahun 2023 mencapai US$ 26,70 miliar, meningkat 261,49% dari tahun 2019 yang sebesar US$ 7,39 miliar, seperti yang diungkapkan oleh Zulkifli Hasan, yang biasa disapa Zulhas.
Baca Juga: Polisi Tangkap 5 Pemuda di Serang Bobol Toko Sparepart
Zulhas menegaskan bahwa industri baja merupakan salah satu pilar utama ekspor Indonesia. Selain itu, baja juga berperan penting dalam pembangunan infrastruktur dan mendukung pertumbuhan industri manufaktur dalam negeri, seperti proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).
Pertumbuhan pesat industri serta ekspor besi dan baja Indonesia dalam lima tahun terakhir (2019-2023) mencatatkan kemajuan signifikan. Pada tahun 2019, Indonesia berada di peringkat ke-17 sebagai negara pengekspor besi dan baja, namun kini telah merangkak naik menjadi peringkat ke-4 di dunia.
Nilai ekspor besi dan baja pada tahun 2023 mencapai US$ 26,70 miliar, naik 261,49% dari tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 7,39 miliar.
Baca Juga: Kapan Pembangunan MRT Fatmawati-TMII? Simak Bocorannya
Di samping itu, nilai impor besi dan baja pada tahun 2023 mencapai US$ 11,38 miliar, sehingga surplus neraca perdagangan besi dan baja Indonesia pada tahun tersebut mencapai US$ 15,32 miliar.
Zulhas menjelaskan bahwa Konsumsi baja dalam negeri diprediksi mencapai 18,3 juta ton pada tahun 2024, mengalami pertumbuhan sebesar 5,2%.
Pertumbuhan ini didorong oleh berbagai faktor yang meningkatkan permintaan akan baja, termasuk proyek infrastruktur besar seperti IKN, pembangunan infrastruktur, dan perkembangan industri otomotif. Saat ini, terdapat 41 proyek prioritas strategis nasional yang diharapkan selesai pada tahun 2024.