KALTENGLIMA.COM - Anjing adalah hewan yang sangat dekat dengan manusia, tetapi di beberapa negara masih dijadikan bahan masakan yang digemari.
Daging anjing telah dikonsumsi sejak ribuan tahun lalu di berbagai belahan dunia, terutama di Asia dan Afrika.
Menurut World Population Review, Asia merupakan benua dengan konsumsi daging anjing tertinggi, dengan sekitar 30 juta anjing dibunuh setiap tahun untuk konsumsi manusia, sering kali secara ilegal.
Baca Juga: Polri Ungkap Delapan Provinsi Ini yang Rawan Konflik di Pilkada Serentak 2024
China menjadi konsumen daging anjing terbesar di dunia, dengan perkiraan 10 juta anjing dan empat juta kucing dikonsumsi setiap tahun.
Konsumsi daging anjing di China telah menjadi tradisi ribuan tahun, namun beberapa kota seperti Shenzhen dan Zhuhai telah melarang konsumsi daging anjing dan kucing sejak 2020.
Vietnam menduduki posisi kedua setelah China dalam konsumsi daging anjing, dengan kepercayaan bahwa daging anjing memiliki khasiat obat dan membawa rejeki.
Baca Juga: Kasus Admin Medsos Awkarin Belum Jelas, Polsek Cilandak Dalami Dugaan Penggelapan Uang Endorse
Di Korea Selatan, anjing dibunuh dengan cara disetrum, sementara di negara lain seperti Vietnam, anjing dipukul, digantung, atau direbus hidup-hidup.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan risiko kesehatan yang timbul dari perdagangan, penyembelihan, dan konsumsi anjing, termasuk trichinellosis, kolera, dan rabies.
Di Indonesia, sekitar 5% populasi mengonsumsi daging anjing. Perdagangan daging anjing di Indonesia dianggap berbahaya karena rabies umum terjadi, dan metode penyembelihan serta penjualan sering kali tidak higienis.
Baca Juga: Krisdayanti Maju jadi Calon Wali Kota Batu di Pilkada 2024
Selain itu, daging anjing juga populer di Filipina sebagai bahan utama asocena. Taiwan menjadi negara Asia pertama yang melarang konsumsi daging kucing dan anjing pada tahun 2017, dengan pelanggar menghadapi denda besar dan kemungkinan hukuman penjara.
Di Hong Kong, penyembelihan dan penjualan daging kucing dan anjing telah ilegal selama beberapa dekade, meskipun konsumsi belum dilarang.