Dengan demikian, meskipun aset perusahaan-perusahaan tersebut berada di bawah Danantara, tanggung jawab kementerian dalam mengawasi kepentingan publik tetap berjalan.
Dalam kesempatan yang sama, Erick juga menyoroti kinerja keuangan BUMN yang berhasil mencatatkan keuntungan hingga Rp310 triliun.
Ia menilai bahwa pencapaian tersebut menjadi bukti bahwa tidak semua perusahaan pelat merah terlibat dalam praktik korupsi.
Keuntungan yang diperoleh menunjukkan bahwa reformasi yang telah dilakukan selama lima tahun terakhir membawa dampak positif bagi kinerja BUMN.
Baca Juga: Empat Komisioner KPU Banjarbaru Kena Sanksi Pemberhentian Tetap
Ke depan, seluruh BUMN akan berada di bawah satu manajemen besar, yaitu Danantara, yang secara bertahap akan mengelola aset hingga mencapai nilai 900 miliar dolar AS.
Erick juga menyatakan bahwa proses transisi ini akan dilakukan secara bertahap agar pengelolaan aset dapat berjalan dengan optimal.
Dalam proses ini, ia menjalin kerja sama yang baik dengan Rosan Roeslani, yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN.