KALTENGLIMA.COM - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap pola baru radikalisasi yang kini merambah dunia gim daring.
Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono, menuturkan bahwa fenomena ini semakin mengkhawatirkan karena menyasar kelompok anak-anak dan remaja, yang merupakan usia paling rentan terhadap pengaruh ideologi ekstrem.
Ia mencontohkan kasus 13 anak di Indonesia yang terhubung melalui gim Roblox, sebelum akhirnya dibawa ke ruang komunikasi tertutup seperti Telegram dan WhatsApp untuk proses indoktrinasi lebih lanjut.
Baca Juga: KPK Panggil Mantan Dirut PT Allo Bank Indonesia Terkait Korupsi Pengadaan EDC Bank
Menurut Eddy, hal tersebut menandai pergeseran pola rekrutmen jaringan radikal yang tidak lagi hanya memanfaatkan media sosial, tetapi juga masuk melalui permainan daring yang sering diakses sehari-hari. Ia menyebut bahwa fenomena serupa juga terjadi di negara lain.
Misalnya, pada 2024 seorang remaja di Singapura ditangkap karena membuat simulasi zona militer Afghanistan di Roblox, sementara di Amerika Serikat dan Jerman, gim daring digunakan untuk menyebarkan ideologi kebencian, termasuk narasi Nazi.
Kondisi ini, kata Eddy, sejalan dengan peringatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa ancaman terorisme global semakin adaptif meskipun pengaruh kelompok besar seperti ISIS dan Al-Qaeda di Asia Tenggara menurun.
Baca Juga: Basarnas sebut Temukan 15 Titik Korban Reruntuhan Mushala Ponpes Al Khoziny
Selain itu, Eddy menyoroti penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam pembuatan konten propaganda, yang memperburuk situasi karena konten buatan mesin sulit dibedakan dari konten asli.
Ia pun menegaskan pentingnya koordinasi lintas kementerian dan lembaga untuk memperkuat literasi digital, meningkatkan pengawasan ruang siber, serta melindungi anak-anak dan remaja dari ancaman radikalisasi.
Direktur Identifikasi dan Sosialisasi Densus 88 Antiteror Polri, Brigjen Pol. Arif Makhfudiharto, mendukung langkah tersebut dengan menekankan perlunya kolaborasi agar pencegahan radikalisasi di dunia maya lebih efektif.
Baca Juga: Jasad Korban yang Tewas Akibar Runtuhan Ponpes di Sidoarjo Dipulangkan ke Babel
Ia menambahkan, perubahan besar kini tampak jelas dalam tahapan perekrutan teror, karena semua proses mulai dari indoktrinasi, baiat, hingga latihan dapat dilakukan sepenuhnya secara daring, sehingga ancaman terhadap kelompok muda semakin nyata.