nasional

Kisah Pengayuh Becak dan Istri Asal Majalangka yang Menanti Puluhan Tahun Naik Haji

Rabu, 8 Juni 2022 | 12:08 WIB
Eme 65) dan Icih (62), buruh serabutan asal Dusun Jatiraga Timur, Desa/Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka menunjukkan tas dan surat untuk keberangkatan mereka menunaikan ibadah haji. /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati (pikiranrakyat.com)

KALTENGLIMA.COM -  Melaksanakan ibadah haji tentu menjadi impian semua umat muslim. Jika sudah panggilan itu tiba, siapapun tak bisa menghalangi. hal ini dirasakan pasangan pengayuh becak, Eme (65) bersama istrinya Ichi (62).

Puluh tahun menunggu, panggilan itu tiba waktunya. Eme dan Ichi, buruh serabutan asal Dusun Jatiraga Timur, Desa/Kecamatan Kadipa­ten, Kabupaten Majalengka akhirnya terwujud di tahun ini.

Seperti dilansir pikiranrakyat.com (jaringan media kaltenglima.com), Eme, pengayuh becak yang biasa mangkal di Pasar Kadipaten, menegatakan, ­ungkapkan, dia mulai bercita-cita untuk menunaikan iba­dah haji sejak 30 tahun lalu. Dia menabung dari sebagian hasil kerjanya. 

Baca juga : https://www.kaltenglima.com/nasional/pr-3513566468/saat-gelar-pernikahan-suami-di-gerebek-istri-sah-momen-nya-viral-di-medsos

Niatnya itu terus terpacu oleh semangatnya untuk menjalankan semua Rukun Islam. Menurut Eme, ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat serta menunaikan salat dan zakat. Ia pun mengaku tak pernah batal puasa Ramadan walaupun harus bekerja keras.

Baca juga : https://www.kaltenglima.com/daerah/pr-3513558975/konflik-pengelolaan-lahan-koperasi-cempaga-perkasa-di-rdp-dewan

“Ketika banyak orang menunaikan ibadah haji, saya pun ingin walau kondisi ekonomi tidak sebaik orang lain. Tapi, semua yang saya peroleh, disyukuri. Ketika melihat tayangan televisi yang menyiarkan para jemaah haji melaksanakan tawaf, keinginan hati semakin kuat untuk berangkat. Saya sering bertanya dalam hati, kapan bisa seperti mereka?” katanya ditemui di kediamannya.

Oleh karena itulah, sedikit demi sedikit, ia terus mena­bung. Setelah belasan tahun, akhirnya uang terkumpul untuk mendaftar haji bersama sang istri. Saban hari, Eme mewajibkan dirinya untuk menabung, berapa pun nilai yang ada. Tentu saja, semua setelah dikurangi kebutuhan sehari-hari dan pengeluaran uang bulanan untuk membayar tagihan listrik atau kebutuhan sosial di kampungnya.

Dalam sehari, katanya, ia mendapatkan uang berkisar Rp30.000 hingga Rp50.000. Sementara itu, pendapatan sang istri tidak menentu, tergantung ada orang yang menyuruhnya atau tidak. Yang jelas, buruh tani di wilayahnya dibayar Rp60.000 per hari. Itu pun ketika musim tanam dan musim panen ikut derep bersama sang suami.

Tahun 2012, setelah uang dianggap cukup untuk membayar ongkos haji, mereka pun mendaftarkan diri. Saat itu, keduanya mendapat antrean berangkat berhaji pada tahun 2020.

Namun, karena Covid-19 melanda, mereka baru bisa berangkat tahun ini. Eme dan Icih bergabung dengan kelompok terbang 11. Rencananya, mereka berangkat dari Majalengka pada tanggal 11 Juni 2022 dan dijadwalkan masuk ke Asrama Haji Jabar di Bekasi pada pukul 10.20.

“Tahun ini, sebetulnya ada kekhawatiran tidak berangkat karena khawatir usia melebihi 65 tahun. Namun, bersyukur, Gusti Allah memberikan jalan bagi kami ber­dua bisa berangkat haji,” tutur Eme.

“Mudah-mudahan tidak ada halangan lagi, kami berdua diberikan kesehatan dan kelancaran selama beribadah di Tanah Suci”.(***)

 

Tags

Terkini

Bupati Bekasi Jadi Tersangka KPK Punya Harta Rp 79,1 M

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:10 WIB

KLH Angkut 116 Ton Sampah di Pasar Cimanggis Tangsel

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:50 WIB