KALTENGLIMA.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penyebab cuaca dingin yang tengah menyelimuti beberapa daerah di Indonesia. Sejumlah daerah, seperti di Bandung dan sekitar Pulau Jawa bisa turun hingga tinggal 16 derajat Celcius.
Padahal di satu sisi, Indonesia tengah berada di musim kemarau. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan masyarakat dan beredar pesat di media sosial.
BMKG mengatakan saat ini Bumi tengah berada titik jarak yang paling jauh dari Matahari atau yang dikenal dengan istilah Aphelion. Dijelaskan jika saat berada di titik Aphelion, cuaca di Bumi akan cenderung lebih dingin dibanding periode lainnya.
Baca Juga: Pemkab Barito Utara Tebar 74 Ribu Benih Ikan di DAM Trinsing
"Sebenarnya fenomena Aphelion ini adalah fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli. Sementara itu kondisi cuaca dingin yang terjadi di wilayah Indonesia pada periode bulan Juli tidak terkait dengan fenomena Aphelion," kata BMKG.
Ketika Aphelion, posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi. Walau begitu, kondisi itu tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan bumi.
"Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli - September)," ucap BMKG.
Baca Juga: YouTube Music Jajal Fitur Baru: Buat Playlist Pakai AI
Kini wilayah Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur berada pada musim kemarau. Periode ini ditandai dengan pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia.
Di bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.
"Yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudra Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin," jelas BMKG.
Baca Juga: Pemkab Murung Raya Rapat Persiapan Hari Anak Yatim Piatu
Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan serta hujan di Pulau Jawa dan NTT turut mempengaruhi ke suhu dingin pada malam hari.
"Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer," ungkap BMKG.
Artikel Terkait
Pemkab Murung Raya Lakukan FGD dengan Pusat Studi Kedudukan dan Kebijakan UGM
Pj Sekda Rudie Roy Hadiri Apel Gelar Pasukan Operasi Patuh Telabang
Apa Itu Hari Asyura? Simak Penjelasannya!
Kecubung Lebih Berbahaya dari Kokain, Benarkah?
Wajib Dihindari, Kebiasaan Sepele Ini Ternyata Picu Kanker