KALTENGLIMA.COM – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar pembukaan Sosialisasi Pencegahan Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan pada Rabu, 20 Agustus 2025 di Hotel Bahalap Palangka Raya.
Kegiatan ini jadi langkah strategis dalam memperkuat perlindungan masyarakat serta menjaga stabilitas industri jasa keuangan di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
Baca Juga: Resmi! Elkan Baggott Perpanjang Kontrak dengan Ipswich Town hingga 2028
Melalui sambutannya, Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah, H. Agustiar Sabran, yang diwakili oleh Plt. Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalteng, Leonard S. Ampung menyampaikan bahwa perkembangan teknologi ibarat pisau bermata dua.
Di satu sisi, kemajuan ini membawa efisiensi bagi industri jasa keuangan, namun di sisi lain turut membuka peluang munculnya modus kejahatan baru, seperti penipuan investasi, pencucian uang, hingga kejahatan siber.
Hingga Juni 2025, Satgas PASTI (Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal) Kalteng telah menerima 67 pengaduan masyarakat, terdiri dari 10 kasus investasi ilegal dan 57 kasus pinjaman online ilegal. Sementara itu, berdasarkan data pengaduan konsumen terhadap Lembaga Jasa Keuangan hingga Agustus 2025, tercatat 160 aduan. Permasalahan tertinggi meliputi perilaku petugas penagihan, sistem layanan informasi keuangan, serta maraknya penipuan eksternal seperti pembobolan rekening, pencurian data kartu debit/kredit (skimming), dan serangan kejahatan siber.
Baca Juga: Usai Diperiksa 2 Jam, Lisa Mariana Beberkan Pertanyaan KPK soal Dana Bank BJB dan Ridwan Kamil
“Untuk mengatasi persoalan ini, dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, melibatkan pemerintah daerah, OJK, lembaga jasa keuangan, dan aparat penegak hukum khususnya kejaksaan serta kepolisian. Edukasi dan perlindungan kepada masyarakat harus diperkuat agar kepercayaan publik terhadap industri jasa keuangan tetap terjaga,” ujar Sekda, dalam sambutannya.
Deputi Komisioner Hukum dan Penyidikan OJK, Yuliana, menegaskan bahwa kegiatan sosialisasi ini bertujuan menyamakan persepsi mengenai norma-norma tindak pidana di sektor jasa keuangan serta memperjelas koordinasi antara OJK, kejaksaan, dan kepolisian. Ia mengungkapkan, hingga Juli 2025 tercatat 156 perkara tindak pidana jasa keuangan di seluruh wilayah telah mencapai tahap P21 dan sebanyak 132 perkara telah inkrah.
Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Kalteng, Agus Sahat Sampe Tua Lumban Gaol menjelaskan bahwa sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK, penyidikan tindak pidana sektor jasa keuangan harus berjalan selaras dengan penegak hukum lain dalam bingkai integrated criminal justice system (ICJS).
Baca Juga: Pasien Gagal Ginjal Perlu Waspada, Jangan Konsumsi 5 Sayuran Ini
“Artinya, ada keterpaduan antara penyidik OJK dengan penyidik tindak pidana yang berkaitan dengan perekonomian negara, termasuk perbankan,” Jelasnya.
Melalui kegiatan sosialisasi ini, diharapkan dapat membuat pemahaman aparat penegak hukum untuk menjadi semakin kuat dalam mencegah tindak pidana di sektor jasa keuangan. Selain itu, lembaga jasa keuangan diingatkan agar senantiasa mengedepankan kepercayaan konsumen sebagai pondasi utama dalam menjaga stabilitas industri.
Untuk diketahui pembukaan sosialisasi ini dihadiri oleh unsur Forkopimda, Kepala OJK Kalteng Primandanu Febriyan Aziz, serta para peserta sosialisasi dari berbagai lembaga.
Artikel Terkait
Dari Kasus Anak di Sukabumi, Ketahui Bagaimana Cacing Bisa Menginfeksi Tubuh
Aktivitas Fisik yang Terbukti Bermanfaat Menekan Sel Kanker Payudara
Bukan 10 Ribu Langkah, Ini Cara Jalan Kaki yang Disebut Paling Baik Menurut Studi
Polisi Bongkar Modus Mobil Towing Bawa 90 Kg Ganja di Pelabuhan Bakauheni
Presiden Prabowo Copot Jabatan Wamenaker Immanuel Ebenezer usai Jadi Tersangka Pemerasan