KALTENGLIMA.COM - Mie instan menjadi favorit sebagai makanan cepat saji, umumnya dijual dalam kemasan cangkir atau mangkuk. Mie ini awalnya dikukus dan dikeringkan sebelum dimasak atau direndam dalam air panas sebelum disantap. Sayangnya, sebagian besar mie instan mengandung tinggi natrium dan monosodium glutamat (MSG) sebagai penguat rasa pada makanan olahan.
Meskipun MSG dianggap aman, FDA menyatakan potensi dampak kesehatan dari penggunaannya. Ahli Gizi dari Universitas Surabaya, Tri Kurniawati, merekomendasikan konsumsi mie instan tidak lebih dari 2 bungkus dalam seminggu.
"Mie instan juga bisa berbahaya bagi kesehatan, hal ini dikarenakan dalam satu porsi mie instan biasanya mengandung lemak dan natrium yang tinggi, namun rendah serat, vitamin dan mineral. Pola konsumsi mie instan berpengaruh positif terhadap obesitas abdominal dan hiperkolesterolemia," terang Tri.
Baca Juga: Kondisi Medan Zoo Tak Kunjung Diperbaiki, Sandiaga Uno Khawatir
Meskipun dalam jumlah sedang kemungkinan besar tidak menimbulkan efek negatif, tidak disarankan mengonsumsi mie instan setiap hari sebagai makanan pokok karena kandungan nutrisinya yang rendah.
"Mie instan belum bisa dianggap sebagai makanan sehat karena tidak memenuhi kebutuhan gizi seimbang tubuh. Pemenuhan kebutuhan nutrisi mie instan bisa diperoleh jika ada tambahan sumber nabati dan protein," ungkap Tri.
Mengonsumsi mie instan disarankan dengan menambahkan sayuran dan protein seperti telur, ayam, atau daging. Terlalu sering makan mie instan terkait dengan kualitas makanan yang rendah dan meningkatkan risiko sindrom metabolik.
Baca Juga: Perdana di Dunia, Badak Putih Jalani Program Bayi Tabung Untuk Mencegah Kepunahan
Oleh karena itu, sebaiknya dinikmati sesekali sambil tetap menjaga pola makan yang sehat. Pilihan mie instan rendah natrium atau dibuat dari biji-bijian dapat meningkatkan nilai nutrisinya.
Mengombinasikannya dengan sayuran dan sumber protein menjadi alternatif sehat untuk menikmati mie instan. ***