KALTENGLIMA.COM - Perayaan Tahun Baru Imlek tidak dapat dilepaskan dari kue keranjang, yang memiliki asal-usul menarik sebagai persembahan bagi para dewa. Awalnya, kue ini diciptakan sebagai cara untuk 'menyogok' Dewa Dapur agar tidak mengungkap hal-hal negatif tentang rumah mereka kepada Kaisar Giok. Kue keranjang, atau nian gao, terbuat dari campuran tepung ketan dan gula, memberikan rasa manis yang mirip dengan dodol.
Legenda menyebutkan bahwa kue keranjang menjadi hidangan khas Tahun Baru Imlek karena kepercayaan bahwa Dewa Dapur bersemayam di setiap rumah dan memberikan "laporan tahunan" kepada Kaisar Giok di penghujung tahun. Untuk mencegah Dewa Dapur mengungkapkan hal-hal yang negatif, orang-orang menawarkan kue keranjang sebagai imbalan atau 'sogokan'.
Nian gao diyakini sudah ada sejak 2.000 tahun yang lalu. Setelah diperkenalkannya Kalender China pada Dinasti Zhou, tradisi mempersembahkan nian gao kepada dewa dan leluhur mulai berkembang. Selama Dinasti Tang, nian gao menjadi hidangan wajib selama Festival Musim Semi. Pada masa Dinasti Qing, meskipun menjadi makanan ringan sepanjang tahun, nian gao tetap menjadi sajian khusus untuk perayaan festival.
Baca Juga: Bayern Leverkusen Ke Semifinal DFB Pokal Usai Singkirkan Stuttgart
Kue keranjang memiliki makna simbolis yang dalam, melambangkan kemakmuran dan peningkatan dari tahun ke tahun dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, bisnis, keluarga, dan pendidikan. Oleh karena itu, mengonsumsi kue keranjang selama Tahun Baru Imlek dianggap membawa keberuntungan.
Meskipun kue keranjang dijual sepanjang tahun, permintaannya meningkat tajam saat Tahun Baru Imlek karena diyakini dapat menyatukan keluarga, mempererat ikatan persaudaraan, dan bahkan mencegah orang-orang mengucapkan hal-hal negatif saat bersama-sama.
Artikel Terkait
Kunci Kemenangan Timnas Yordania Adalah Tidak Gentar
Harry Kane Samai Rekor 17 Tahun di Bayern, Lewati Rekor Lewandowski
Rekor Pemain Tercepat Di Premier League Dipecahkan Bek Tottenham