Kasus Penyekapan WNI di Myanmar, Masih Ada 15 Orang Indonesia yang Belum Bebas

photo author
- Selasa, 13 Agustus 2024 | 08:16 WIB
Ilustrasi penyekapan. (Istimewa (Google))
Ilustrasi penyekapan. (Istimewa (Google))


KALTENGLIMA.COM - SA (27), seorang korban penyekapan di Myanmar, mengungkapkan bahwa ada 15 Warga Negara Indonesia (WNI) lain yang mengalami nasib serupa, yang meningkatkan peluang mereka untuk dibebaskan.

"Di sini ada 15 orang Indonesia, jadi saya yakin peluang untuk lepas besar," ujar SA melalui pesan yang dikirimkan kepada keluarganya di Jakarta, Senin.

SA percaya bahwa dengan jumlah orang yang lebih banyak, potensi untuk dibebaskan meningkat karena ia tidak sendirian. Sepupu SA, Yohanna (35), mengonfirmasi kebenaran pernyataan SA tersebut.

Baca Juga: Calon Anggota Paskibraka di Bolmong Sulawesi Utara Meninggal Dunia, Tak Sadarkan Diri saat Berwudhu

"Dia bilang ada 15 WNI bersama dia, jadi dia sempat menelepon waktu itu," kata Yohanna di Mabes Polri, meskipun Yohanna tidak bisa memberikan rincian lebih lanjut tentang kondisi WNI lainnya.

Secara terpisah, Rina Komaria, Diplomat Muda Direktorat Pelindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri, mengakui adanya keterbatasan akses dalam upaya menyelamatkan WNI yang disekap, terutama mengingat situasi konflik di Myanmar.

"Pemerintah Indonesia melalui KBRI Yangon terus berusaha agar WNI di sana bisa keluar dengan selamat," kata Rina.

Baca Juga: Penjabat Sekda Buka Expo Mura 2024, Rudie Roy : Mempromosikan Hasil Pelaksanaan Pembangunan

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI dan otoritas Myanmar sedang berkoordinasi terkait dugaan penyekapan SA (27), warga Jakarta Selatan, yang dijanjikan pekerjaan dengan gaji sebesar Rp150 juta, namun justru disekap dan disiksa.

Myanmar dianggap sulit karena wilayah tersebut dikuasai oleh kelompok bersenjata. SA juga diminta uang tebusan sebesar Rp478 juta agar bisa pulang dengan selamat.

SA awalnya diajak oleh temannya, Risky, untuk bekerja di Thailand dengan gaji 10.000 dolar AS atau Rp150 juta.

Baca Juga: PT. SMM salurkan Dana CSR Tahun 2024 untuk STIE Muara Teweh, Tajeri : Dukung Dunia Pendiidkan

Mereka berangkat pada 11 Juli 2024, tetapi sesampainya di Bangkok, SA dan Risky dipisahkan, dengan SA dikirim ke Myanmar.

Keluarga SA telah melaporkan kejadian ini kepada Kementerian Luar Negeri, Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), dan Polda Metro Jaya untuk menemukan solusi.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dedy Hermawan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bupati Bekasi Jadi Tersangka KPK Punya Harta Rp 79,1 M

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:10 WIB

KLH Angkut 116 Ton Sampah di Pasar Cimanggis Tangsel

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:50 WIB
X