KALTENGLIMA.COM - Perkiraan pada perdagangan Selasa, 4 Juni, menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah kemungkinan akan kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, hal ini dipicu oleh meningkatnya indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) sebesar 0,3 persen bulan lalu, yang sejalan dengan kenaikan pada bulan Maret. Para pedagang meningkatkan posisi mereka untuk mengantisipasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan September.
Ibrahim menjelaskan bahwa The Fed telah meningkatkan biaya pinjaman sebesar 525 basis poin sejak Maret 2022, namun pasar awalnya memperkirakan penurunan suku bunga pertama akan terjadi pada bulan Maret, lalu diundur ke bulan Juni, dan sekarang diprediksi akan terjadi pada bulan September.
Baca Juga: Usai Mundur dari Kepala Otorita IKN, Ini Tugas Baru Bambang Susantono
Fokus minggu ini adalah pada keputusan suku bunga di Eropa dan Kanada, di mana kedua bank sentral tersebut diperkirakan akan memangkas suku bunga.
Dari sisi internal, tingkat inflasi Indonesia pada Mei 2024 mencapai 2,84 persen YoY, lebih rendah dari bulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan terutama oleh penurunan harga pangan dan energi, serta deflasi pada sektor pangan setelah momen Ramadan dan Idulfitri.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menekankan bahwa inflasi ini menjadi perhatian serius bagi otoritas moneter dalam mengambil kebijakan, dengan proyeksi inflasi yang tetap terkendali dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen.
Baca Juga: Muhammad Lutfi Mantan Walkot Bima Divonis 7 Tahun Penjara, Kenapa?
Meskipun demikian, Ibrahim memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi kemungkinan akan ditutup melemah pada perdagangan Selasa, 4 Juni 2024, dengan kisaran harga antara Rp16.220 - Rp16.270 per dolar AS.