KALTENGLIMA.COM - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia membuka peluang untuk kerja sama di sektor industri dan infrastruktur dengan Tajikistan.
"Di sektor industri, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian terbuka untuk meningkatkan interaksi bisnis dan kerja sama antara kedua negara.
Terutama dalam pengembangan sektor pertambangan dan mineral. Kami akan berkoordinasi dengan Menteri Perindustrian untuk menindaklanjuti kerja sama ini," ujar Basuki dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Baca Juga: Ternyata Ini Sumber Permasalahan 2.806 Ha Lahan di IKN
Dalam kunjungan kerja ke Republik Tajikistan untuk menghadiri The 3rd Dushanbe Water Action Decade Conference, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang didampingi Duta Besar RI untuk Republik Tajikistan dan Kazakhstan Fadjroel Rachman, mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Industri dan Teknologi Baru Republik Tajikistan, Sherali Kabir.
Pada pertemuan ini, Basuki mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Tajikistan atas pelaksanaan The 3rd Dushanbe Water Action Decade Conference serta apresiasi atas sambutan dan kerja sama yang baik dengan Pemerintah Indonesia. Tahun ini juga menandai 30 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Tajikistan.
"Selamat atas penyelenggaraan The 3rd Dushanbe Water Action Decade Conference. Pertemuan ini adalah kesempatan baik bagi Indonesia dan Tajikistan untuk memperkuat kerja sama dan membuat kemajuan yang signifikan.
Baca Juga: Potensi Kerjasama PDIP - Anies Semakin Dekat
Terutama setelah kehadiran Perdana Menteri dan delegasi Tajikistan di World Water Forum ke-10 di Bali, Indonesia," ujar Basuki.
Pada World Water Forum ke-10 di Bali, Perdana Menteri Rasulzoda telah bertemu dengan Presiden Jokowi untuk memperkuat komitmen dalam meningkatkan kerja sama antara kedua negara. Hal ini termasuk interaksi bisnis (B to B) dan penguatan kerja sama di bidang potensial seperti industri dan infrastruktur.
Pemerintah Indonesia juga mengapresiasi Tajikistan atas pengalamannya dalam pengembangan dan rehabilitasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Baca Juga: Ini Kata Tito Terkait Temuan BPK Soal Dugaan Perjalanan Dinas Fiktif Rp. 2,4 Juta di Kemendagri
Tajikistan memiliki PLTA Nurek dengan kapasitas lebih dari 3.000 megawatt yang dapat menghasilkan sekitar 50 persen dari total kebutuhan energi tahunan di Tajikistan.
Pemasangan turbin baru selama proyek rehabilitasi juga meningkatkan manfaat hingga 35 tahun dan kapasitas dari 40 MW menjadi 375 MW.
"Indonesia ingin mencapai net zero carbon dengan menerapkan transisi ke sumber energi terbarukan, salah satunya melalui pembangunan bendungan PLTA.