KALTENGLIMA.COM - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Doni Primanto Joewono, menyatakan bahwa peredaran uang palsu di Indonesia terus mengalami penurunan. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2019 terdapat 9 lembar uang palsu per satu juta lembar uang asli (9 PPM).
Angka ini turun menjadi 5 lembar per satu juta lembar pada periode 2020-2023, dan pada tahun 2024 hanya tersisa 2 lembar per satu juta lembar uang asli.
Penurunan ini merupakan hasil dari kerja sama antara berbagai pihak dalam mencegah peredaran uang palsu.
Baca Juga: Polda Kaltara Bongkar Penyelundupan Sabu 20 kg Asal Malaysia
Doni mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dan menegaskan bahwa Bank Indonesia berkomitmen untuk menyediakan uang yang cukup dalam berbagai pecahan dan nominal, termasuk di daerah-daerah terpencil, untuk memastikan masyarakat tidak tertipu oleh uang palsu.
Selain itu, Doni memberikan penghargaan kepada Kepolisian Republik Indonesia (Polri) atas pengungkapan kasus uang palsu, seperti yang dilakukan Polda Metro Jaya yang berhasil mengungkap uang palsu senilai Rp22 miliar di Jakarta Barat sebelum sempat diedarkan ke masyarakat.
Indonesia memiliki Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal), sebuah lembaga non-struktural yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan berfungsi sebagai koordinator dalam pemberantasan rupiah palsu.
Baca Juga: Suami di Sukabumi Tabrak Istri, Cemburu Diduga Selingkuh
Unsur-unsur Botasupal terdiri dari Badan Intelijen Negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Agung, Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia. Di BI, terdapat Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center (BI-CAC) yang bertugas menganalisis uang palsu.
Setelah ditemukan, uang palsu akan diserahkan kepada BI untuk diperiksa lebih lanjut di BI-CAC, memastikan tindakan pidana terhadap rupiah dapat ditegakkan dengan baik.