KALTENGLIMA.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sedang mengalami tren melemah, dengan nilai saat ini mencapai Rp 16.436, menunjukkan penurunan sebesar 5,92% dari akhir Desember 2023.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh faktor-faktor baik global maupun domestik.
Di dalam negeri, terdapat sentimen negatif terkait isu bahwa Presiden terpilih, Prabowo Subianto, berencana untuk meningkatkan rasio utang pemerintah hingga mencapai 50% dari produk domestik bruto (PDB).
Baca Juga: Healing Makin Gampang, Wings Air Resmi Buka Rute Tujuan Sumbawa-Bali
Josua juga menyebut bahwa pemberitaan dari kantor berita asing terkait rencana ini turut mempengaruhi pelemahan rupiah, meskipun sumbernya belum dapat dikonfirmasi.
Selain faktor internal, kebijakan belanja pemerintah yang cenderung lebih ekspansif di masa pemerintahan mendatang juga menjadi perhatian, yang dapat meningkatkan defisit secara signifikan. Hal ini tercermin dari kenaikan yield obligasi 10 tahun sebesar 21 bps menjadi 7,13%.
Lukman Leong, Analis DCFX Futures, juga mengamini bahwa pelemahan rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh ketidakpastian terkait arah kebijakan suku bunga AS (Fed Fund Rate), tetapi juga karena kekhawatiran investor akan peningkatan defisit anggaran di masa pemerintahan yang akan datang.
Baca Juga: Polisi Ungkap Temuan dari Penangkapan Virgoun
Investor khawatir bahwa Bank Indonesia (BI) mungkin tidak akan kembali menaikkan suku bunga, dan bahwa pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi di masa depan dapat memperburuk defisit anggaran.
Secara keseluruhan, sentimen negatif baik dari dalam maupun luar negeri terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan fiskal di Indonesia berkontribusi terhadap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini.