KALTENGLIMA.COM - Menjelang Ramadan, masyarakat di berbagai daerah memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan suci.
Salah satu tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah padusan. Tradisi ini dilakukan secara beramai-ramai di tempat pemandian umum, namun ada juga yang memilih melaksanakannya secara pribadi.
Padusan merupakan tradisi masyarakat di Jawa Tengah dan Yogyakarta yang menggabungkan unsur budaya Islam dan Jawa. Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan masih banyak dilakukan hingga saat ini.
Baca Juga: Tanggapi Isu BBM Oplosan, Pertamina Jelaskan Proses Produksi Pertamax
Istilah "padusan" berasal dari bahasa Jawa, yaitu kata "adus" yang berarti mandi. Dengan demikian, padusan dapat diartikan sebagai ritual pembersihan diri melalui mandi sebelum memasuki bulan Ramadan.
Biasanya, masyarakat melaksanakan padusan di sumber mata air alami, sungai, atau kolam, meskipun ada juga yang melakukannya di kamar mandi rumah masing-masing.
Tidak ada aturan baku mengenai cara pelaksanaannya, sehingga setiap daerah memiliki kebiasaan yang berbeda. Namun, secara umum, masyarakat lebih memilih melakukan padusan di tempat terbuka yang dapat diakses oleh banyak orang.
Baca Juga: Presiden Prabowo Resmi Luncurkan Bank Emas, Berpotensi Buka 1,8 Juta Lapangan Kerja Baru
Berdasarkan penelitian yang dimuat dalam Jurnalbasicedu, padusan merupakan tradisi tahunan yang biasanya dilakukan dua hari sebelum Ramadan, yaitu pada tanggal 29 dan 30 bulan Ruwah dalam kalender Jawa.
Belum ada sumber pasti yang menyebutkan kapan tradisi ini pertama kali muncul. Namun, menurut keterangan dari Museum Sonobudoyo Yogyakarta, padusan diperkirakan berasal dari era Majapahit.
Saat itu, para Ksatria Bramana dan Empu sering melakukan ritual pembersihan diri dengan cara berendam di mata air. Tradisi ini merupakan perpaduan antara kepercayaan Hindu, Buddha, dan Animisme yang berkembang di Pulau Jawa.
Baca Juga: Kemenag Laporkan 53 Persen Kuota Haji Reguler Telah Terisi
Setelah Islam menyebar di Jawa, tradisi padusan tetap bertahan dan diwariskan dalam bentuk yang lebih islami.
Secara filosofis, padusan memiliki makna yang mendalam sebagai simbol penyucian diri dari segala dosa dan keburukan, baik secara fisik maupun batin.