KALTENGLIMA.COM - Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, menekankan bahwa pendakian gunung bukanlah kegiatan yang bisa dilakukan sembarangan hanya karena tren atau dorongan Fear of Missing Out (FOMO).
Ia menegaskan bahwa keselamatan harus menjadi prioritas utama dan mendaki gunung memerlukan kesiapan fisik, mental, serta perlengkapan yang memadai, bukan sekadar ikut-ikutan.
Pernyataan ini muncul setelah insiden meninggalnya pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani, NTB.
Baca Juga: Jenazah Pendaki Juliana Marins Dipulangkan ke Brasil
Menhut menyampaikan bahwa pemerintah akan mengevaluasi secara menyeluruh prosedur keselamatan pendakian.
Rencana tersebut mencakup peningkatan standar operasional, penambahan fasilitas seperti posko pendakian, penggunaan teknologi seperti gelang RFID, serta pelatihan dan sertifikasi pemandu gunung.
Pemerintah juga akan mengklasifikasikan gunung berdasarkan potensi kedaruratan untuk memudahkan pengelolaan risiko.
Baca Juga: Menteri PU sebut Renovasi Sekolah Rakyat Tahap I Selesai pada Juli
Menhut menilai bahwa Basarnas telah bekerja dengan standar internasional, tetapi penguatan tetap diperlukan. Salah satu langkahnya adalah menjalin kerja sama yang lebih erat dengan relawan profesional dari komunitas kegiatan alam terbuka.
Untuk mempercepat respons dalam situasi darurat, Kemenhut bersama Basarnas tengah menyiapkan nota kesepahaman dengan berbagai pihak.
Ia kembali mengingatkan pentingnya kesiapan fisik dan mental bagi para pendaki demi menghindari risiko yang bisa mengancam keselamatan di alam terbuka.