KALTENGLIMA.COM - Masyarakat Banyuwangi memiliki tradisi unik dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW melalui endhog-endhogan, sebuah warisan budaya yang dijaga secara turun-temurun.
Tradisi ini dilakukan dengan menghias telur rebus menggunakan bunga kertas warna-warni yang kemudian ditancapkan pada batang pisang yang telah dipercantik.
Hiasan tersebut biasanya diarak berkeliling kampung atau ditempatkan di masjid, sambil disertai lantunan selawat, pembacaan barzanji, dzikir, serta doa bersama yang menambah suasana religius sekaligus meriah.
Dalam peringatan di Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani hadir untuk melepas rombongan pawai.
Ia menegaskan bahwa endhog-endhogan tidak sekadar menjadi pesta budaya yang meriah, melainkan juga wujud nyata kecintaan masyarakat terhadap Nabi Muhammad SAW.
Beragam kreasi bernuansa Islami ditampilkan dalam pawai tersebut, mulai dari replika Ka’bah, perahu berisi tumpeng telur, pohon kurma, hingga miniatur unta dengan penunggangnya.
Baca Juga: Mahfud MD Tegaskan Aparat Harus Tindak Tegas Jika Ada Makar dari Gelombang Aksi Massa
Tak sedikit pula peserta yang membawa plakat bertuliskan nama Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan keluarganya, lengkap dengan hiasan megah yang menambah semarak perayaan.
Bupati Ipuk memberikan apresiasi atas antusiasme masyarakat yang senantiasa menjaga kelestarian tradisi ini dengan semangat gotong royong, kebersamaan, dan kekompakan.
Ia berharap kemeriahan festival endhog-endhogan dapat menjadi sarana memperkuat kecintaan umat kepada Rasulullah SAW sekaligus mempererat persaudaraan.
Baca Juga: Akademisi: Pemerintah Diminta Tetapkan Standar Kesejahteraan Guru
Selain itu, ia berpesan agar masyarakat terus menjaga ketenteraman, keamanan, dan kenyamanan Banyuwangi, sehingga tradisi ini dapat terus berlangsung dengan damai, penuh makna, dan tetap menjadi kebanggaan daerah.