kaltenglima.com - Jangan lupakan sejarah, bangsa Indonesia bisa berdaulat karena perjuangan yang meluluhlantakkan wilayah-wilayah di tanah air, termasuk Kota Kembang Bandung.
Sejarah Bandung lautan api seperti terlupakan, mungkin hanya masyarakat Kota Kembang ini saja yang memperingati 76 tahun peristiwa Bandung Lautan Api, 23 - 24 Maret 1946 lalu
Sejarah mencatat, Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 merupakan bentuk perlawanan rakyat Kota Bandung saat itu. Peristiwa perjuangan melawan agresi militer Belanda dengan membumihanguskan pemukiman masyarakat Bandung.
Generasi sekarang mungkin hanya anak-anak taman kanak-kanak yang mengenalnya dengan menyanyikan lagu Halo-Halo Bandung yang sebetulnya peristiwa sejarah besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Bahkan Bandung Lautan Api hingga saat ini belum diakui sebagai peristiwa nasional oleh Pemerintah Indonesia.
Peristiwa yang bermula dari ultimatum tentara sekutu kepada Tentara Rakyat Indonesia agar mundur sejauh 11 km dari pusat kota.
Saat itu Belanda dan sekutu menguasai wilayah Utara Bandung, sedangkan pejuang Indonesia berada di Selatan Bandung.
Ultimatum tersebut berakhir pada tanggal 24 Maret, saat itu permintaan tentara sekutu disetujui oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Hal yang berbeda dengan Markas Besar di Yogyakarta yang saat itu memperintahkan untuk membela setiap jengkal wilayah Kota Bandung.
Akhirnya pada tanggal 24 Maret 1946, rakyat Kota Bandung yang terdiri dari TRI dan masyarakat mulai bergerak mengungsi ke selatan kota.
Dalam perjalanan, para pejuang dan masyarakat membakar semua bangunan yang ada, mulai rumah dan gedung penting lainnya.
Bangunan yang pertama dibakar adalah Indisch Restaurant yang berada tepat di utara alun-alun, yang kini menjadi BRI Tower.
Sepanjang jalan kereta api dari Ujung Berung hingga Cimahi mereka melakukan pembumihangusan.
Tercatat kobaran api yang tercipta saat itu sepanjang 12 km, terbentang dari timur ke barat Kota Bandung.
Bandung menjadi lautan api, langit memerah mengiringi serangan pejuang Indonesia ke pasukan Belanda di utara, menjadi semacam "upacara" perpisahan.